Jumat, 15 Agustus 2008

PILAR GEREJA



A. PENDAHULUAN

Pada umumnya kita dapat berbicara mengenai empat pilar gereja (Katekismus). Keempat pilar ini sama tuanya dengan katekismus itu sendiri. Yang pertama, mereka mengikuti prosedur sebagaimana menjadi orang “Kristen”, sebagaimana ketentuan ini berlaku dalam gereja Kuno dan masih berlaku sampai sekarang. Kalau orang dewasa minta dibaptis, pilar yang pertama adalah “Credo” (Aku percaya – Syahadat dua belas Rasul). Ini adalah dasar basis kehidupan bagi semua orang Kristen.

Dalam gereja kuno, sebelum pendidikan awal katakumen, persiapan pembaptisan, mereka menerima credo oleh karena itu, katekismu yang paling pertama adalah syahadat dua belas rasul (Aku percaya) yang awalnya disusun oleh Kaesarius dari Arles yang menjadi pengakuan iman Oikumenis yang diterima oleh seluruh Gereja Kristen di dunia. Menurut tradisi, pengakuan ini disusun oleh dua belas rasul Yesus. Masing-masing mereka menyumbang satu pasal. Namun hal tersebut hanyalah dongeng dan tidak berdasar sama sekali. Karena bentuk yang lengkap dari pengakuan ini baru muncul pada tahun 700 (tujuh ratus), sekalipun beberapa bagian dari pasal ini ditemukan pada permulaan abad ketiga.

Pengakuan ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama memuat ajaran tentang Allah Bapa dan pertama memuat ajaran tentang Allah Bapa dan penciptaan. Bagian kedua memuat ajaran tentang Yesus dan karya penebusannya dan bagian ketiga memuat ajaran tentang Roh Kudus dan pekerjaannya. Pada akhir abad keenam dan awal abad ketujuh pengakuan ini diterima sebagai bagian dari litungi dalam gereja barat (Greco – Latin) Anthiocia dan Gereja Roma. Gereja Reformatoris menerima pengakuan ini setelah ditambahkan pengakuan iman yang mereka miliki dan dipergunakan dalam ibadah-ibadah mereka. Selengkapnya pengakuan iman tersebut adalah sebagai berikut :

Aku percaya kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa,
pencipta langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus, puteranya yang tunggal Tuhan kita, yang dikandung dari Roh kudus, dilahirkan oleh perawan Maria, yang menderita sengsara dalam masa pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan wafat dan dimakamkan, yang turun ke alam maut. Pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati, yang naik ke Sorga duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa. Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya akan roh kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal amin.

Selanjutnya dalam gereja kuno, selama persiapan pembaptisan, orang diajarkan sepuluh perintah Allah, bagaimana hidup sebagai orang Kristen. Sesudah itu mereka menerima do’a bapa kami yang selengkapnya do’a tersebut adalah sebagai berikut :

Bapa kami yang ada di dalam Sorga. Dimuliakanlah
nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Sorga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukan kami ke dalam percobaan, tetapi bebaskan kami dari yang jahat amen.

Ketiga pilar ini; Aku percaya (Syahadat dua belas
rasul), sepuluh perintah Allah dan doa bapa kami membentuk pendahuluan atau inroduksi ke dalam iman Kristen sebagaimana diberikan dalam masa puasa bagi katakumen. Dan kemudian sesudah dibaptis, waktu paskah, orang-orang yang baru dipermandikan itu menerima inisiasi ke dalam sakramen-sakramen.

Katekismus gereja Katolik mengikuti empat pembagian
atau divisi karena model umum atau pola untuk katekismus ini adalah prosedur langsung dan prosedur unik dalam tradisi Katolik, yaitu katekismus konsili Terente yang diterbitkan pada tahun 1566 oleh Paus Pius V.

Katekismus ini dibagi atas empat bagian.
Bagian yang paling pertama adalah Aku Percaya (Credo). Bagian kedua adalah sakramen-sakramen, bagian ketiga; sepuluh perintah Allah dan bagian yang keempat adalah doa Bapa Kami.

Sehubungan dengan kurangnya ruang untuk membahas keempat materi katekismus (Pilar Gereja) sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dalam kesempatan ini saya membahas :
Credo dan sakramen-sakramen.


B. CREDO

Ada sebuah pepatah termasyur dalam Konsil Vatikan II, yang melahirkan banyak perdebatan dalam mempersiapkan penyusunan katekismus tersebut. Ada semacam apa yang disebut dengan hirarki kebenaran. Ada kebenaran-kebenaran hakiki dari iman dan kebenaran-kebenaran lain yang bersifat sekunder. Kebenaran-kebenaran sekunder tidak memiliki nilai-nilai lebih kecil. Kebenaran hakiki ini ada dua bagian; Misteri Allah Esa, Bapa, Putera dan Roh Kudus-misteri Tritunggal dan misteri Yesus Tuhan. Allah benar demikian juga manusia.

Di sekitar dua pusat ini misteri hakiki
dikelompokkan kedalam semua kebenaran iman. Dalam persepsi gereja, hal tersebut mudah dipahami lantaran credo sendiri sudah memperlihatkan keteraturan; “Aku percaya akan Roh Kudus”, misalnya menuntun mereka kepada semua karya Illahi sepanjang sejarah keselamatan.

Dalam katekismus gereja memperlihatkan tentang gambaran kejatuhan malaikat, ajaran para malaikat yang jatuh, mengenai dosa asal, sebagai landasan pertama mengapa Tuhan mengutus Puteranya yang Tunggal untuk menebus sebagai penebus.

C. IBADAT DAN SAKRAMEN-SAKRAMEN

Obyek kedua dalam katekismus dan sebagaimana dalam keempat bagiannya kita menemukan dalam setiap bagian dua seksi; satu umum dua khusus. Mengenai sakramen-sakramen di bagian kedua, katekismus menyajikan sebuah bagian umum permasalahan litungi yang membicarakan arti litungi – apa artinya merayakan litungi adalah ummat yang berpartisipasi dalam kehidupan Illahi Allah, Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Litungi duniawi – Perayaan duniawi adalah partisipasinya dalam perayaan Sorgawi dimana Yesus menggerakan segala sesuatu kepada Bapa dalam nama Roh Kudus. Oleh karenanya litungi disampaikan sebagai karya Tirtunggal Maha Kudus, karena Bapak telah mengutus putera dan roh kudus. Dari putera melanjutkan karya penyelamatan dan penebusannya lewat sakramen-sakramen. Putera melakukan Roh Kudus sebagai seniman agung dari Roh Kudus.

Sesudah faksi pertama mengenai liturgi, pada umumnya
muncul saksi-saksi khusus yang membicarakan tentang tujuh sakramen, yang pembahasannya diawali dari liturgi bagaimana sakramen dirayakan. Kita dapat melihat hal ini dalam ritus-ritus kasat mata, apa rahmat yang tidak kelihatan dan efek yang diberikan oleh sakramen itu.

Ada
satu kata kunci yang datang dari Paus dan Leo
Agung; Apa yang bisa kelihatan dalam kehidupan, disalurkan dalam sakramen-sakramennya. Begitulah sakramen-sakramen dijelaskan sebagai cara bahwa Yesus membagikan apa yang dilakukannya, selama hidup di dunia dan melalui rahasia paskah, lewat salib dan kebangkitannya-untuk membagikannya dengan manusia.

Hal
ini dapat kita lihat dalam sakramen baptis-segala sesuatu yang dikatakan mengenai buah baptis ditimba dari apa yang disebut : Nystagogia yaitu introduksi dan inisiasi ke dalam perasaan dan arti ritus permandian.

Terjadi perdebatan besar tentang apakah perintah Allah
yang menjadi kerangka bagi penjelasan moral Kristen. Bukankah dewasa ini “Perjanjian baru terdapat perintah ganda untuk mencintai Tuhan dan sesama manusia sebagai pusatnya ? Dan mengapa fokus tersebut ada pada
perintah Allah dalam Kitab Perjanjian Baru yang lebih dulu beredar sebelum Kitab Perjanjian Lama ? “Nec Ridere, Nec Flere, Nec Laudara, Sed Intelligere"!!!

Tidak ada komentar: