Jumat, 15 Agustus 2008

LIMA KITAB UTAMA DALAM ALKITAB PERJANJIAN LAMA


Konsepsi Kitab Kitab Suci

(PENTATEUKH)


Musa as Menulis Kitab Pentateukh ?

Setidak tidaknya sejak permulaan tarikh masehi, Musa as dianggap sebagai penyusun/penulis kumpulan yang besar ini. Namun tradisi yang paling tua tidak pernah membenarkannya, bahwa Musa adalah penyusun Pentateukh.

Apabila didalam pentateukh sendiri tidak terdapat kalimat ; ‘Musa menulis’ maka ungkapan ini setidak tidaknya membuka pintu gerbang informasi dan pemahaman kepada kita bahwa Musa tidak menulis kitab ini.

Penyelidikan ilmiah dan modern terhadap kitab-kitab ini, menampilkan perbedaan perbedaan yang sangat signifikan, terutama gaya bahasa. Pengulangan dan kekacauan dalam ceritera yang menjadi penghalang buat kita untuk memandang kumpulan ini sebagai sebuah karya yang seluruhnya di tulis oleh seorang pengarang saja.

Sudah banyak penyelidikan yang dilakukan dengan hati-hati, para kritikus yang hidup pada akhir abad sembilan belas, khususnya dibawa pengaruh karya karya Graft dan Wellhausen, mencetuskan teori begini ; Pentateukh adalah kumpulan yang terdiri dari empat buah dokumen yang berlainan usia dan lingkungan asalnya. Akan tetapi semua dokumen itu berasal dari zaman sesudah Musa.

Aslinya ada dua dokumen berisikan ceritera yaitu Yahwista ( J ), yang mulai dari kisah penciptaan mempergunakan nama Yahwe, yaitu nama Allah yang diwahyukan kepada Musa, dan Elohista (E), yang menyebut nama Allah dengan nama umum yaitu Elohim.

Dokumen Yahwista, menurut teori ini, mendapat bentuk tertulis pada abad ke sembilan di Yehuda, sedangkan elohista sedikit kemudian mendapat bentuknya di Israel. Sesudah musnahnya kerajaan Utara kedua dokumen itu dilebur jadi satu (JE). Sesudah raja Yosia, kitab Ulangan (D) ditambahkan kepada gabungan tadi (JED).

Seusai pembuangan, kitab Hukum Para Imam (P), yang berisi peraturan peraturan dan beberapa ceritera, disatukan dengan kumpulan sebelumnya dan menjadi rangka dan bingkainya (JEDP).

Teori dokumen yang klasik ini, yang juga di hubungkan dengan suatu gagasan tentang evolusi paham paham keagamaan bangsa Israel, kerap dipersoalkan. Dewasa ini pun seluruh teori tersebut diatas ditolak oleh sebagian ahli alkitab. Sejumlah ahli lain menerimanya dengan perubahan perubahan yang cukup penting. Tidak ada dua orang ahlipun yang seluruhnya sependapat dalam menentukan bagian bagian pentateukh manakah yang termasuk kedalam kedalam masing masing dokumen.

Terutama dimasa sekarang ini para ahli alkitab sependapat, bahwa penyelidikan dari bahasa saja tidak cukup menerangkan cara digubahnya pentateukh.

Penyelidikan bahasa itu masih perlu dilengkapi dengan study tentang tentang bentuk sastra dan tradisi lisan atau tertulis yang mendahului penggubahan sumber sumber pentateukh. Masing masing dokumen, bahkan yang paling tuapun (P), memuat unsur unsur yang sangat muda.

Kesusasteraan kuno di Timur Dekat yang ditemukan kembali serta kemajuan ilmu arkeologi dan sejarah, yang membuka pengetahuan baru tentang kebudayaan kebudayaan dan bangsa bangsa yang bertetangga dengan

Israel, membuktikan, bahwa sebagian besar undang undang atau peraturan paraturan yang terdapat dalam pentateukh sangat serupa dengan undang undang atau peraturan peraturan diluar kitab suci atau lebih tua usianya daripada yang ditetapkan buat ‘dokumen dokumen’ tadi.

Selain itu beberapa ceritera dalam kitab suci ini mengandaikan lingkungan lain dan lebih tua daripada lingkungan tempat dokumen dokumen itu disusun.

Macam-macam tradisi dari zaman dahulu, baik hukum maupun ceritera, terpelihara ditempat tempat suci atau turun temurun diceriterakan oleh ahli ahli ceritera dikalangan rakyat. Tradisi tradisi itu dikumpulkan menjadi kumpulan kumpulan yang lebih besar, lalu dituliskan atas desakan kalangan kalangan tertentu atau seorang tokoh yang berperan penting.

Penggubahan penggubahan itu bukan tahap akhir. Kumpulan tradisi tradisi ini disadur kembali, ditambah dan akhirnya digabungkan kembali satu sama lain menjadi pentateukh yang ada sekarang ini. Sumber sumber tertulis dari Pentateukh merupakan tahap tahap penting dalam perkembangan yang lama. Aliran aliran tradisi yang lebih tua seolah olah tersimpul didalamnya, lalu mengalir terus dan berkembang.

Banyaknya aliran tradisi tersebut merupakan kenyataan yang menjelaskan adanya ceritera dobel, pengulangan dan pertentangan pertentangan yang mengherankan pembaca mulai dari halaman halaman pertama kitab Kejadian : dua kisah mengenai penciptaan ;1 ;1- 2 : 4a dan 2:4b – 3 :24 : ada dua silsilah kain – keni–kenan, 4 : 17 dan seterusnya dan 5 : 12-17 : gabungan dua kisah tentang air bah, 6 - 8. dalam riwayat bapa bangsa, perjanjian abrahan diceriterakan sebanyak dua kali.

Dari permasalahan diatas ini kalau kita telusuri lebih jauh dan mendalam, kita akan mendapatkan empat aliran tradisi. Adpun empat aliran tradisi yang dimaksud adalah sebagai berikut : Tradisi Yahwista.Tradisi Yahwista disebut demikian karena mulai penciptaan menggunakan nama Allah yang khusus yaitu Yahwe,mempunyai gaya bahasa yang hidup dan warna warni; melalui bahasa penuh gambar dan berkat bakat berceritera yang mengagumkan, tradisi ini menjawab secara mendalam pertanyaan pertanyaan serius yang timbul dalam hati setiap manusia ; ungkapan ungkapan manusiawi yang dipakainya dalam ceritera tentang Allah, menyembunyikan suatu rasa keagamaan yang bemutu tinggi.

Sebagai pengantar kedalam sejarah leluhur Israel, disajikannya sebuah ringkasan sejarah ummat manusia sejak penciptaan pasangan manusia pertama. Tradisi ini berasal dari Yehuda dan barangkali bagianya yang terpenting tercatat dizaman pemerintahan raja Salomo.Dalam kumpulan teks termasuk tradisi ini, sering kita menemukan sebuah tradisi sejalan, yang asal usulnya sama juga, tetapi memantulkan gagasan gagasan yang yang kadang kala lebih kuno dan kadang kadang berbeda beda dengan yang lazim dalam Yahwista : kepada tradisi itu diberi tanda Y 1 (Yahwista yang permanen) atau L (sebab berasal dari kalangan umat awam) atau N (sebab berasal dari suku suku badui).

Pembedaan ini tampaknya dapat dibenarkan namun sukar menentukan, apakah disini terdapat suatu tradisi yang berdiri sendiri ataukah hanya beberapa unsur saja yang diambil alih oleh tradisi Yahwista dengan mengindahkan corak aslinya.

Tradisi elohista. Ciri khas lahiriahnya ialah penggunaan nama umum bagi Allah (Elohim), berbeda dengan tradisi Yahwista, karena gaya bahasanya lebih sederhana dan juga kurang menarik, lagi pula dalam hal kesusilaan lebih banyak tuntutannya dan karena usahanya mempertahankan jarak yang memisahkan manusia dengan Allah. Dalam tradisi ini tidak terdapat ceritera ceritera asal mulanya dunia ; dimulai dari Abraham. Barangkali tradisi ini lebih muda daripada tradisi Yahwista dan biasanya dikatakan berasal dari suku suku utara.

Beberapa ahli Alkitab tidak menyetujui adanya tradisi Elohista terpisah. Mereka menganggap hipotesa tentang pelengkapan, penyempurnaan atau penyaduran yang diadakan terhadap karya Yahwista sebagai hipotesa yang sudah cukup memuaskan. Tetapi teori tentang adanya suatu tradisi dan penulisan tradisi E, yang mula mula berdiri sendiri, tidak hanya didukung oleh ciri ciri khas pada gaya bahasa dan ajaran tetapi juga oleh perbedaan dengan J dalam asal usulnya. Teori ini didukung pula oleh kenyataan, bahwa awal dari Abraham sampai dengan ceritera ceritera tentang wafatnya Musa, kisah E yang sejalan dengan kisah J cukup lengkap tetapi berbeda dengan J.

Maka suatu hal penting yang perlu diperhatikan, kendati corak corak yang membeda bedakannya, namun ceritera ceritera Yahwista dan Elohista pada hakikatnya megisahkan sejarah yang sama. Kedua tradisi ini mempunyai titik pangkal yang sama. Suku suku Israel di utara dan di selatan mempunya tradisi yang sama. Tradisi itu menertibkan kenangan kenangan bangsa Israel dalam hal sejarahnya ialah urutan ketiga bapa bangsa yakni abraham, Ishak dan Yakub, keluaran dari Mesir yang digabungkan dengan penampakan Allah digunung Sinai, pengikatan perjanjian di gungung Sinai yang dihubungkan dengan pendudukan trans Yordania, yang menjadi tahap akhir sebelum direbutnya tanah terjanji. Tradisi bersama ini mulai terbentuk secara lisan dan mungkin juga secara tertulis sejak zaman para hakim-hakim. Sejak Israel mulai menjadi suatu bangsa.

Tradisi Yahwista maupun Elohista memuat hanya sedikit teks berupa hukum ; yang paling berarti ialah kitab hukum perjanjian yang akan dibicarakan nanti. Padahal, sebaliknya, hukum hukum merupakan suatu urat nadi tradisi Para Imam. Hukum hukum itu khususnya mengenai bait suci, korban korban dan hari raya, pribadi dan tugas Harun serta keturunannya. Tetapi disamping bagian bagian yang berisikan hukum atau yang mengenai lembaga lembaga keagamaan itu, tradisi Para Imam memuat juga ceritera.

Ceritera-ceritera itu khususnya menjadi terperinci manakala dapat mengungkapkan perhatian khusus yang diberikan oleh tradisi para Imam kepada hukum dan ibadat Tradisi Para Imam.

Tradisi ini menggemari angka-angka dan silsilah-silsilah. Karena perbendaharaan kata yang khas dan gaya bahasanya yang abstrak, tradisi ini mudah dikenal. Inilah tradisi para imam bait suci di Yerusalem. Walaupun di dalamnya terpelihara macam-macam unsur kuno, namun tradisi ini baru terwujud dimasa pembuangan Israel dan baru umum diterima dan mulai beredar setelah Israel kembali dari pembuangan. Didalamnya dibedakan beberapa lapisan atau tahap penggubahan. Selebihnya sulit di tentukan, apabila tradisi ini pernah berdiri sendiri sebagai sebuah karya tertulis.

Agaknya lebih mungkin, bahwa seseorang atau beberapa orang yang mewakili tradisi para imam di yerusalem itu memungut bahannya dari tradisi tradisi yang sudah ada lalu mengubah dan menerbitkan pentateukh seperti yang ada sekarang.

Dalam kitab kejadian garis garis ketiga tradisi tersebut, yakni Yahwista, elohista dan para Imam agaknya mudah untuk ditelusuri. Sehabis kitab kejadian tradisi para imam gampang saja dipisahkan dari kedua tradisi lain, terutama dalam bagian terakhir kitab keluaran, seluruh kitab immamat dan bagian bagian besar kitab bilangan. Tetapi sehubungan dengan bahan lain dalam ketiga kitab itu sukar ditentukan mana termasuk tradisi Yahwista dan mana termasuk tradisi elohista.

Sehabis kitab Bilangan, ketiga tradisi tersebut menghilang sama sekali sampai muncul kembali dalam Bab 31 dan 34 dari kitab Ulangan. Ketiga tradisi tersebut diganti dengan tradisi lain yakni tradisi Ulangan (D).

Tradisi ini dapat dikenal melalui bahasa yang khas, yaitu bahasa berlebih-lebihan dan berupa seni berpidato, dimana sering berulang ungkapan ungkapan yang sama ; dapat dikenal juga melalui ajaran yang terus menerus ditegaskan kembali, yaitu bahwa dari antara segala bangsa, Allah telah berkenan memilih Israel sebagai ummatnya. Tetapi pilihan itu dan perjanjian yang telah mengukuhkannya bersyarat kesetiaan Israel kepada hukum Allahnya dan kepada ibadat resmi yang harus diadakan bagi-Nya dalam satu bait suci saja.

Kitab Ulangan merupakan tahap terakhir sebuah tradisi yang berdekatan dengan tradisi Elohista dan dengan gerakan para Nabi. Tetapi suara tradisi D itu sudah terdengar dalam beberapa bagian dari kitab suci yang agak tua. Bagian inti kitab Ulangan memuat adat-istiadat kerajaan utara yang oleh orang-orang Lewi dibawa ke Yehuda sesudah kerajaan Samaria itu disimpan dalam bait suci Yerusalem. Di zaman raja Yosia ditemukan kembali lalu diumumkan untuk mendukung pembaharuan agama di Yehuda. Kitab itu diterbitkan kembali (dengan tambahan dan pengurangan serta saduran) pada awal masa pembuangan.

Berpangkal pada kumpulan-kumpulan tradisi yang berbeda-beda itu, kitab Pentateukh di ubah secara perlahan-lahan. Tetapi sukar untuk menetukan waktunya tiap tiap tahap dari perubahan tersebut dikerjakan. Tradisi Yahwista dan Elohista digabung di Yehuda. Mungkin dimasa pemerintahan Hizkia, sebab berdasarkan Amsal 25 : 1, dizaman itu karya karya sastra kuno dikumpulkan.

Hubungan antara Pentateukh dengan kitab kitab Alkitab menjadi penyebab timbulnya pertentangan. Sudah lama ahli kitab suci berbicara tentang ‘Heksateukh’, yaitu tentang sebuah kitab yang berjilid enam, mencakup kitab Yosua dan bagian pertama kitab Hakim Hakim.

Mereka menemukan didalamnya lanjutan ketiga sumber Pentateukh, yakni J,E dan P. Mereka menekankan, bahwa tema janji yang begitu sering muncul dalam ceritera ceritera yang mengisahkan pula pelaksanaan janji janji tersebut, ialah perebutan Tanah terjanji. Menurut pendapat mereka, kitab Yosua baru kemudian dipisahkan dari kesatuan itu, lalu menjadi kitab pertama dari kitab-kitab sejarah. Sebaliknya,pengarang pengarang kitab suci ini baru berbicara mengenai ‘tetrateukh’, yakni tentang kitab yang berjilid empat, yang tidak mencakup kitab Ulangan. Menurut mereka, kitab Ulangan awalnya dipakai sebagai pendahuluan sebuah kitab sejarah yang berlangsung sampai dengan akhir masa pra raja (karena kitab sejarah itu diistilahkan sebagi kitab sejarah ulangan).

Kemudian kitab ulangan itu dipisahkan dari kitab sejarah tersebut, waktu orang ingin mengumpulkan didalam satu karya — yaitu pentateukh — segala sesuatu yang menyangkut diri musa serta ajarannya. Pendapat kedua inilah yang dalam terbitan kitab suci dituruti dalam kata pengantar bagi masing masing kitab sejarah dan diandalkan dalam beberapa catatan, walaupun disana sini pendapat itu di ubah.

Sudah jelaslah kiranya, bahwa ketidakpastian yang sama menyangkut sejumblah besar persoalan yang ditimbulkan oleh caranya pentateukh digubah. Memang kitab itu digubah selama sekurang kurangnya enam abad dan ia mencerminkan perubahan perubahan yang dialami hidup kebangsaan dan keagamaan Israel. Namun kendati pasang surut yang dialaminya itu, perkembangan pentateukh pada pokoknya heterogen.

Sudah dikatakan diatas, bahwa tradisi tradisi yang berupa ceritera berasal dari zaman terbentuknya bangsa Israel dengan memperhatikan seperlunya perbedaan, maka hal yang sangat boleh dikatakan tentang bagian bagian pentateukh yang berisikan hukum. Bagian bagian itu memuat hukum sipil dan agama yang berkembang bersama dengan masyarakat yang dipimpin olehnya, tetapi asal usul hukum itu tercampur dengan asal usul bangsa itu sendiri. Ada kontinuitas dalam perkembangan dan kontinuitas itu mempunyai dasar keagamaan : iman akan Yahwe itu dibayangi oleh pribadi Musa. Dialah pangkal hidup keagamaan bangsanya dan diapun sebagai yang pertama yang memberi hukum dan undang undang kepada bangsanya.

Tradisi tradisi sebelumnya yang terarah kepada Musa dan kenangan akan kejadian kejadian yang dipimpin olehnya, akhirnya menjadi kisah sejarah terbentuknya bangsa Israel. Untuk seterusnya agama Musa lah yang menentukan kepercayaan dan adat istiadat keagamaan Israel. Sebab hukum Musa tetap menjadi pedoman bangsa itu. Penyesuaian penyesuaian yang dituntut oleh perubahan perubahan zaman diadakan menuntut jiwa dan semangat Musa dan ditempatkan dibawa kewibawaannya. Tidaklah penting, bahwa kita tidak dapat menetukan Pentateukh sebagai karya Musa. Oleh karena itu sangat berlebihan gereja mengatakan tradisi Yahudi sebagai kitab Taurat Musa.

Ceritera-ceritera dan sejarah.

Sejarah penyelamatan umum dan khusus.

Sebelas bab pertama kitab Kejadian, masih dapat dipandang sebagai sejarah penyelamatan umum. Adam dan keturunannya yang diceritakan di dalam Kitab tersebut dipandang sebagai “Ummat manusia yang dipribadikan”.

Akan tetapi dalam tahap-tahap selanjutnya kitab tersebut membatasi dirinya pada satu ummat saja yaitu Israel. Jikalau demikian apakah sejarah Israel dapat disingkap sebagai sejarah penyelamatan ? tidak bisa! Adapun kronologis sejarah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1850 SM – 1250 SM – Zaman para pendiri bangsa Israel.

1250- SM – 1000 SM – Zaman Musa. Keluaran dan penaklukan kanaan.

1000 SM – 931 SM Zaman kesatuan Israel.

931 SM – 721 SM Zaman dua kerajaan Israel. (Israel dan Yehuda)

721 SM – 587 SM Zaman kerajaan Yehuda.

587 SM – 538 SM Zaman pembuangan Babel.

538 SM – 333 SM Zaman penjajahan Persia.

333 SM – 63 M Zaman penjajahan Yunani.

63 M – 135 M Zaman penjajahan Romawi.

Pada tahun 135 Masehi, masa penjajahan Romawi belum berakhir. Tetapi pada tahun itulah nama kota Yerusalem diganti dengan Aelia Capitolina, sedangkan ditempat berdirinya bait suci Yahudi sebelumnya didirikan sebuah kuil Romawi.

Para ahli sejarah, pada umumnya menerima kenyataan bahwa sekitar tahun 1850 sebelum masehi seorang bernama Abraham (Ibrahim) bersama keluarganya meninggalkan kota Ur (di Mesopotamia Selatan–sekarang Irak), dan berjalan menelusuri sungai Efrat ke arah hulu. Ia tiba di kota Haran, lalu pergi ke Syria dan akhirnya tiba di Kanaan yang sekarang dikenal dengan nama Palestina.

Di Kanaan itulah Ibrahim menetap dan di situ pula berkembang biak seluruh keluarganya. Salah seorang keturunannya bernama Yusuf yang kemudian dijual oleh saudara-saudaranya sebagai budak ke Mesir. Tetapi Yusuf inilah yang kelak menjadi pejabat tinggi di Mesir ; pada waktu kelaparan, ia mendatangkan seluruh keluarganya dari Kanaan agar menetap di Mesir. Dan diMesir ini juga seluruh keturunan Abraham termasuk keluarga Yusuf mengalami perbudakan. Hal itu terjadi sekitar abad ke tiga belas sebelum masehi.

Sekitar tahun 1250 SM Musa menjadi pemimpin Bani Abraham yang di Mesir itu. Bani itu berhasil dibawanya ke luar dari Mesir. Sesampainya di kaki gunung Sinai, Musa mengadakan perjanjian dengan Allah yang diimani sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.

Sejak itu sejarah dunia mengenal sebuah bangsa baru yaitu bangsa Israel. Musa berhasil memberi hukum kepada bangsanya itu. Selanjutnya, sekitar tahun 1200 SM, bangsa Israel berhasil memasuki tanah Kanaan serta mulai menaklukannya.

Penaklukan itu berlangsung cukup lama, sebab dihalang-halangi oleh bangsa Kanaan dan bangsa Filistin yang lebih dulu mendiami negeri itu. Karena Israel tidak terorganisasi, maka dalam keadaan darurat mereka dipimpin oleh sejumlah pahlawan berkharisma yang dalam kitab perjanjian Lama disebut hakim-hakim. Diantaranya terkenal : Debora (mengalahkan bangsa Kanaan). Ehud (mengalahkan bangsa Moab) Gideon (mengalahkan bangsa Midian) dan Simson (mengalahkan bangsa Filistin).

Bangsa Filistin ternyata bangsa yang sangat kuat dalam bidang kemiliteran, sehingga orang Israel menghadapinya dengan susah payah. Pada tahun 1050 SM, tentara Filistin menghancurkan Silo serta merampok Tabut Perjanjian, kebangsaan bangsa Israel. Pada tahun 1020 SM, Samuel, hakim Israel, melantik Saul sebagai raja pertama Israel. Mula-mula Saul sangat cemerlang sebagai Panglima, tetapi Ia kalah total di Gilboa dan gugur di medan perang. Sesudah itu suku-suku Israel yang mendiami bagian selatan, mengangkat Daud sebagai Raja yang baru.

Periode ini berlangsung kurang lebih tujuh puluh tahun saja, selama masa pemerintahan Daud dan Salomo anak Daud, Daud berhasil mempersatukan semua suku Israel, termasuk suku-suku yang tidak menyukainya. Pada tahun 1010 SM Daud berhasil menaklukan kota Yerusalem, lalu menjadikannya sebagai Ibu kota. Daud meninggal pada tahun 970 SM. Pada tahun 966 SM, Salomo mendirikan Bait Suci Yerusalem (Al Aqsa). Pada masa pemerintahannya para sastrawaan berkarya dengan giat, terutama mengumpulkan berbagai tradisi yang masih terpelihara. Salomo meninggal dunia pada tahun 933, dan tidak lama kemudian pecahlah kerajaan kesatuan Israel.

Di bagian utara terbetuklah kerajaan yang bernama Israel dan di bagian selatan-Kerajaan Yehuda. Kedua kerajaan ini tidak pernah rukun. Sekalipun demikian, adakalanya kedua kerajaan itu bersatu untuk mempertahankan perbatasan peninggalan Daud ataupun menghadapi serangan-serangan Asyur.

Kerajaan Israel yang cukup kuat secara militer, akhirnya dikalahkan oleh Asyur pada tahun 721 SM, sehingga berakhirlah kerajaan itu. Kerajaan Yehuda luput pada waktu itu. Tetapi pada tahun 587 SM dikalahkan oleh tentara yang dipimpin oleh Nebukadnezar. Yerusalem direbut, oleh Babel.

Bait suci yang didirikan Salomo (Al Aqsa) dihancurkan. Banyak orang Israel dibawa ke Babel ketempat pembuangan. Para buangan dari kerajaan Yehuda ini sungguh beruntung. Sebab mereka sendiri, setidak-tidaknya anak-anak mereka diizinkan pulang kembali kenegerinya.

Pemulangan anak-anak para buangan itu terwujud berkat Koresy Raja Midia dan Persia yang pada waktu itu menundukkan Babel. Koresy mengizinkan pula para buangan itu membangun kembali bait suci serta tembok-tembok kota Suci Yerusalem. Para mantan buangan itu kembali ke Yudea dan bermukim di wilayah Yerusalem. Mereka memang mulai membangun kembali bait suci dan tembok sekeliling Yerusalem, tetapi diganggu oleh orang Samaria, yaitu bangsa hasil campuran Israel – Asyur.

Di masa sulit itu, para mantan buangan (yang sejak saat itu dinamakan Yahudi) dipimpin oleh Zerubabel, Ezra dan Nehemia. Bait suci Al Aqsa berhasil dibangun kembali baru pada tahun 151 SM,sedangkan tembok kota Yerusalem pada tahun 446 SM.

Jikalau demikian, adakah suatu peristiwa penting yang terjadi semasa penjajahan Persia? Tampaknya tidak ada. Setidak-tidaknya tidak diketahui. Para penguasa Persia memberi cukup banyak kebebasan kepada bangsa yahudi yang sejak saat itu dipimpin oleh Imam besar dan mahkamah Agama serta mulai memperlihatkan secara khusus tradisi suci bangsanya. Tidak terlalu lama setelah tanah suci dikuasai oleh Alexander Agung (333 SM), penguasa Helenis/Yunani mulai memaksakan kebudayaan-kebudayaannya kepada bangsa Yahudi. Di mana-mana didirikan berbagai gedung kesukaan Yunani, antara lain amfiteater dan kuil-kuil. Bahasa Yunani menjadi bahasa pergaulan elite. Tetapi nasib bangsa Yahudi sendiri semakin memprihatinkan.

Dimana-mana terjadi penganiayaan terhadap orang Yahudi. Raja Antiokhus Epifanes IV (175 – 164) berbuat apa saja supaya agama Yahudi hilang dari permukaan bumi. Maka bangsa bangkit melawan penguasa Yunani yang amat menyusahkan hidup mereka.

Pemberontakan terhadap penguasa Yunani dikenal dalam sejarah sebagai revolusi para Makabe. Pemberontakan itu menghasilkan semacam independensi bangsa Yahudi, tetapi kemerdekaan itu berakhir lagi setelah Pompeius mengepung dan menaklukan kota Yerusalem pada tahun 63 SM. Dan Raja Herodes Agung I yang pandai menjilat dari penguasa Roma, diangkat sebagai Raja orang Yahudi pada tahun 37 SM. Dan pada akhir pemerintahannya Yesus dilahirkan.

Pada tahun 70 Masehi, tentara Roma menghancurkan Yerusalem, termasuk bait suci. Beberapa waktu kemudian masyarakat setempat yang sempat mengungsi kembali ke Yerusalem dan mulai kembali kegiatan keagamaannya. Hidup mereka yang “Kristen” itu masih diwarnai dengan pola hidup Yahudi. Kaisar Hadrianus amat membenci Yahudi yang keras kepala dan suka memberontak itu sehingga ia berbuat apa saja untuk meniadakannya. Antara lain kota Yerusalem dilarang dihuni oleh orang Yahudi. Maka sejak tahun 135, komunitas Nasrani Yerusalem dipimpin oleh uskup-uskup Non Yahudi.

Sebagaimana di atas saya katakan bahwa sejarah Israel tidak bisa dianggap sebagai sejarah penyelamatan umum,karena pada awalnya ummat Israel menangkap keselamatan sebagai suatu anugerah yang serba insani.

Secara kasar paham mereka dapat dirumuskan sebagai berikut : “Kami akan menjadi sebuah keluarga atau marga besar, sebab kami akan punya banyak anak di masa mendatang. Selanjutnya mereka yakin, kami akan mempunyai tanah negeri yang akan menjadi milik pusaka kami”. Dan dalam tahap berikutnya, mereka berpikir “Negeri kami akan makmur dan sejahtera”. Tetapi dengan lajunya waktu, mereka semakin mengerti bahwa keselamatan yang dimaksudkan Allah tidak turun atas mereka, melainkan sebuah bangsa asing, bangsa yang tidak dikenal.

Ceritera – ceritera

Tidaklah bijaksana kalau dari tradisi tradisi yang merupakan pusaka yang hidup bagi suatu bangsa dan yang membangun rasa persatuannya dan melandaskan kepercayaannya, akan kita tuntut apa yang dapat dituntut daripada ahli ilmu sejarah dalam arti moderen. Namun tidaklah adil menyangkal adanya kebenaran didalamnya hanya karena tidak adanya norma norma ilmu sejarah modern.

Sebelas bab pertama kitab kejadian (kitab sejarah) perlu diperhatikan secara tersendiri. Secara popular di ceritakan didalamnya awal mula bangsa manusia: dengan gaya bahasa yang sederhana dan penuh gambar, yang sesuai dengan mentalitas, bangsa yang kurang beradab, diungkapkannyalah kebenaran-kebenaran pokok yang menjadi pangkal seluruh tata keselamatan, yaitu: Allah menciptakan dunia pada awal mula: Allah terlibat langsung dalam penciptaan pria dan wanita: persatuan bangsa manusia: dosa leluhur pertama: kemerosotan dan hukum turun temurun yang di jatuhkan kepadanya.

Akan tetapi kebenaran-kebenaran ini yang menyangkut dogma dan diperkuat kewibawaan kitab suci, sekaligus merupakan fakta. Apabila kebenaran-kebenaran ini memang pasti maka didalamnya diandaikan fakta-fakta riil, walaupun kita tidak mampu menentukan dengan tepat hal ikhwalnya, sebab terselubung dalam bungkusan mitos yang di pakaikan kepadanya sesuai dengan mentalitas masa dan lingkungan yang bersangkutan.

Sejarah para Bapak Bangsa adalah sejarah keluarga: dikumpulkan di dalamnya kenangan-kenangan yang masih terpelihara mengenai para leluhur, yaitu Abraham, Ishak ,Yakub dan Yusuf. Sejarah itu bersifat populer : ia gemar akan peristiwa-peristiwa bapak-bapak bangsa dan di ceritakan memakai daya khayal yang menyegarkan.Tidak ada usaha sedikitpun untuk menghubungkan cerita-cerita itu dengan sejarah umum. Selebihnya sejarah itu sejarah ke agamaan : segala kejadian yang menentukan, di sertai campur tangan Allah, sehingga tampaknya sebagai sejarah yang diatur oleh penyelengaraan illahi. Pendekatan ini secara teologis memang tepat, tetapi tidak peduli akan pengaruh sebab-sebab di luar Allah. Lagi pula semua peristiwa di kemukakan, di jelaskan dan di kumpulkan untuk membuktikan semua kebenaran suatu agama, yaitu : ada satu Allah yang membentuk satu umat dan yang memberikan kepadanya satu negeri. Allah itu ialah Yahwe, umat itu tidak lain Israel dan negeri itu adalah tanah suci. Akan tetapi cerita-cerita itu adalah sejarah, sejauh dengan caranya sendiri mengisahkan peristiwa-peristiwa riil dan sejauh memberi gambaran tepat mengenai asal usul mengenai pengembaran leluhur Israel, mengenai ikatan–ikatan geografis dan etnis serta mengenai kelakuan moril dan religius mereka.

Tugas ahli ilmu sejarah moderen ialah membandingkan berita-berita kitab suci dengan fakta-fakta sejarah umum. Dengan sikap hati-hati yang di karenakan kurangnya petunjuk-petunjuk kitab suci serta ketidakpastian kronologis kejadian-kejadian yang tidak termasuk kitab suci, dapat di katakan: Abrahan hidup di negeri Kanaan sekitar tahun 1850 SM: Yusuf mencapai kedudukan dan menjalankan tugasnya di Mesir tidak lama sehabis tahun 1700 SM: pada waktu yang sama`anak-anak Yakub` lainnya bergabung dengannya.

Untuk menentukan waktu Keluaran tidak dapat kita percayai petunjuk –petunjuk yang terdapat dalam 1 R.j 6 : 1 dan Hak 11 : 26 , sebab petunjuk-petunjuk tersebut di masukan kemudian dan berasal dari perhitungan yang dibuat-buat. Walaupun demikian, kitab ini memberi satu petunjuk yang pasti : menurut teks kuno Kel 1: 11, orang –orang Ibrani ikut membangun kota-kota Bandar (perniagaan) Piton dan Raamses. Maka peristiwa keluaran terjadi sesudah Fira`un Ramses II yang mendirikan kota Ramses itu naik tahta.

Karya-karya besar itu di mulai pada awal pemerintahannya dan mungkin sekali kelompok di bawah pimpinan Musa meninggalkan Mesir di pertengahan pertama atau sekitar pertengahan pemerintahannya yang amat lama (1290-1224) SM, katakanlah di sekitar tahun 1250 SM atau sedikit sebelumnya.

Apabila kita perhatikan tradisi kitab suci mengenai perjalanan Israel di padang gurun yang berlangsung selama masa kehidupan satu generasi, maka pendudukan daerah di seberang Yordan terjadi kurang lebih pada tahun 1225 SM. Tahun tersebut cocok dengan keterangan-keterangan dari ilmu sejarah umum tentang tempat kediaman para Fira`un dari wangsa XIX di Delta sungai Nil, tentang menurunnya kuasa negara Mesir di Syiria – Palestina pada akhir pemerintahan Ramses II, dan tentang kerusuhan-kerusuhan yang terjadi pada abad ke XIII SM yang timbul di seluruh wilayah Timur Dekat. Tahun-tahun tersebut sesuai dengan petunjuk–petunjuk arkeologis mengenai awal jaman besi yang bersamaan waktunya dengan menetapnya orang-orang Israel di Kanaan.

AGAMA HISTORIS

Agama Perjanjian Lama adalah agama historis : dasarnya ialah wahyu yang diberikan Allah kepada manusia manusia tertentu ditempat-tempat tertentu dalam keadaan keadaan tertentu, landasannya ialah campur tangan Allah pada saat saat tertentu dalam perkembangan umat manusia. Pentateukh yang menguraikan sejarah hubungan Allah dengan sejarah itu adalah merupakan dasar agama Yahudi.

Orang orang Israel menemukan didalamnya keterangan tentang tujuan hidupnya. Bukan hanya dibagian pertama kitab kejadian dapat dijumpai olehnya jawaban jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang bercokol dalam hati setiap manusia tentang dunia dan kehidupan, penderitaan dan kematian, melainkan dijumpainya pula jawaban atas persoalah yang khusus, persoalan Israel, yaitu : mengapa Yahwe yang Esa adalah Allah Israel, mengapa Israel adalah Umatnya yang terpilih.

Jawabannya adalah sebab Israel telah menerima janji karena Pentateukh adalah kitab janji : kepada Adam dan Hawa, sesudah jatuhnya kedalam dosa, diberitakan keselamatan yang akan datang : kepada Nuh, sehabis air bah, diberi jaminan akan datangnya ‘orde baru’ didunia khususnya janji itu diberikan kepada Abraham. Sebab Yahwelah yang telah memanggil Abraham. Panggilan itu menjadi pralambang terpilihnya Israel Janji serta pilihan itu terjamin dalam perjanjian.

Pentateukh adalah kitab pelbagai perjanjian. Ada perjanjian yang, walau tersembunyi, sudah diadakan oleh Allah dengan Adam : lalu perjanjian tersebut menjadi kentara dengan perjanjian dengan Nuh.

Perjanjian itu bukannya sebuah kontrak antara pihak pihak yang sama derajatnya, sebab Allah tidak membutuhkannya dan justeru dialah yang memprakarsainya. Tema tema : janji, pilihan, merupakan benang mas yang bersilang silang dalam kitab Pentateukh disepanjang kitab kitab pentateukh yang dapat kita jumpai didalam seluruh perjanjian Lama. Sebab Pentateukh adalah sebuah Karya yang belum selesai atau tertutup : ia mengemukakan janji tetapi ia tidak berbicara tentang pelaksanaannya. Keadaan demikian berlangsung sangat lama, sampai kedatangan Muhammad SAW yang menjadi tongkat pembatas : kepada Umat Muhammad SAW tertuju sejarah keselamatan itu : Ia memberi arti yang sebenarnya.

Al qur’an membuka dan menguraikan segala rahasia, terutama dalam surah Al-Ikhlas ayat 1– 6, yang memberikan gambaran eskatologis untuk menjaga janji janji : peranannya dapat dibandingkan dengan seorang pendidik yang mengantar kepada Muhammad SAW, pemenuhan janji janji tersebut.

Tidak ada komentar: