Jumat, 15 Agustus 2008

Gereja & Theology Magisterium



Salah satu tema yang sangat populer pada akhir abad ke sembilan belas adalah istilah Eco Teologia - teologi lingkungan. Tema ini disebut populer kerana selama lima belas abad, teologi selalu memberikan perhatian, terbatas pada persoalan manusia dan segala kepentingan, dalam hubungannya dengan Allah. Dunia memang diberi atensi, akan tetapi ”sangat disayangkan”, atensi tersebut selalu melalui sudut kepentingan manusia. Dunia dipandang sebagai tempat, dimana manusia dihadirkan dengan segala tanggung jawabnya, tetapi sebatas pandangan bahwa, dunia adalah ciptaan Allah yang tersedia bagi segala kebutuhan manusia.

Apapun kondisinya, itu tidak menjadi suatu permasalahan yang penting bagi manusia untuk dihirauakan. Tidaklah mengherankan; bilamana bilamana manusia dengan segala kecangggihanya dalam bidang iptek, terus menerus memperlakukan dunia sebagai kelinci percobaan. Bila demikian, lalu apa hubungannya dengan gereja ? hubungannya setali tiga uang. Hubungan yang dimaksud disini adalah evolusi dogma-agama kristen (katolik) dalam menghadapi peradaban.

Dulu, charles Darwin bilang bahwa ia merasa tenang dengan menimani adanya Tuhan yang menuasai alam wujud, yang demikian dalam waktu yang bersamaan, dia juga bilang bahwa perasaannya itu tidak mengharuskan orang lain supaya meresa seperti dirinya, dan tidak dapat dijadikan kerangka acuan ilmiah dari mereka yang mengimani Tuhan.

Berbeda dengan darwin yang agak malu malu, Ernst Heckle yang sedikit beraninya juga bilang bahwa kepercayaan kepada satu dzat tertinggi berarti harus membenarkan hukum akal dari wahyu yang menjadi landasan agama kristen.

Setiap peradaban besar selalu mempunyai keistimewaan tersendiri dalam menentukan defenisi. Peradaban yang manusiawi mempunyai sifat sifat lahir dan batin,sama seperti alam wujud tempat beradanya peradaban tersebut. Sifat sifat lahiriah ditentukan oleh hukum tingkah laku dalam praktek hidup keseharian, yang dinilai dari status sosial serta apa yang berkaitan dengan pluralitas (kebersamaan) ‘Ada didalam ada bersama dengan sesama’. Sebagaimana halnya dengan pandangan darwin dengan pemahaman agamanya yang evolusioner, yang kemudian direhabilitasi Ernst Heckle.

Lalu bagaimana dengan pandangan dan pemahaman serta kiat gereja yang kepercayaannnya selalu berevolusi seperti Darwin dan teorinya ? Gereja mengambil sikap yang sangat tegas dan revolusioner,-menerapkan theology Magisterium. Apa yang dimaksud dengan Magisterium ? Binatang apakah itu ?

Ditinjau dari struktur kata-, Magisterium berasal dari kata Latin yang berarti “guru”. Secara umum magisterium berarti kuasa atau tugas mengajar atau memimpin. Untuk kalangan kristen dan katolik, magisterium merupakan salah satu bagian dari ajaran gereja yang harus diikuti atau ditaati. Selain magisterium, gereja juga mempunyai ‘kekayaan-kekayaan’ lain yang berupa tradisi tradisi kuni yang diajarkan kepada umat sebagai bagian internal dari tata cara peribadatan.

Sejak konsili Vatikan II (1962-1965) gereja katolik berubah dalam banyak hal. Gereja gereja pembaharu (protestan) tidak menyadarinya, dan gereja tua sendiri (gereja katolik) kurang berminat untuk memikirkannya, serta ummat sendiripun tidak mengetahuinya. Mengapa ? sebab perubahan-perubahan tersebut terjadi tanpa suara-alias diam diam, dan juga agak lamban. Hebatnya perubahan tersebut justeru pada kitab suci, dimana kitab kitab tersebut mendapat tempat yang “tidak terhormat” dalam teology dan karya Pastoral..

Secara teoritis, kitab kitab yang sucikan ini selalu dijunjung tinggi oleh gereja, malah dipandang sebagai dasar teology dan hidup kristen. Sebaliknya dalam praktek hidup sehari hari. Prinsip dasar ini diterapkan dengan caya yang berbeda-beda dan bertentangan. Para penulis kitab ini pada abad keempat yang hanya mengenal satu jenis teology, yaitu teology yang berdasarkan kitab yang ditulisnya tersebut.

Keadaan ini berlanjut hingga abad pertengahan. Teology diartikan sebagai pengetahuan akan kitab suci. Para dosen teology disebut : magistri sacrae paginate yang artinya guru guru kita suci. Duns Scottus (1270-1308 ) masih menulis bahwa “teology kita masih membicarakan apa yang tertulis dalam kitab kitab suci dan bukan apa yang disimpulkan dari padanya.

Kata dan Kuasa mengajar Gereja.

Tetapi sesudah konsili Toronto (abad XVI) terbentuklah sejenis teology yang sangat mengecilkan peranan kitab kitab yang disucikan tersebut. Perubahan perubahan ini disebabkan oleh banyak faktor. Faktor yang terpenting adalah polemik dengan dalil dalil protestantisme dengan tidak memperhitungkan peranan peranan tradisi dan kuasa mengajar gereja.

Perubahan ini diperhebat lagi dengan munculnya berbagai aliran baru, antara lain : rasionalisme, humanisme, dan positivisme. Karena lelah akhibat bermacam macam perdebatan, para teolog semakin merasa aman dengan ajaran resmi gereja dengan dogma dogma dan credo. Akhibat dari kecenderungan ini, para teolog makin menekankan peranan gereja dengan tangan besi. Umat paham atau tidak harus paham. Lama kelamaan para teolog terjebak dalam suatu pola berpikir yang sangat salah kaprah : pernyataan pernyataan resmi gereja dipandang sebagai pegangan utama. Sedangkan kitab kitab suci digeser pada tempat kedua. Padahal para penulis kitab sendiri dan pemimpin pemimpin gereja pada abad keempat sampai abad ke lima belas, ajaran selalu ditimba dari kitab kitab yang mereka tulis yang kemudian disucikan tersebut.

Dari permasalahan diatas ini menjadi sumber pemicu lahirnya kekonyolan kekonyolan lain yang disebut yang disebut dengan teology magisterium (kuasa mengajar gereja) dengan ajaran atau ketentuan sebagai berikut: ajaran gereja disusun dalam bentuk dalil, yang disesuaikan dengan bobotnya masing masing. Bukti benar atau tidaknya ajaran terbut harus ditimba dari tradisi (terutama tradisi gereja Yunani dan Gereja Latin “Roma”).dimana ajaran ajaran tersebut harus diperkuat dengan alasan yang kurang rasional ‘dogmatis’ Akhibat perubahan tersebut para teolog sebagai ilmuwan gereja tidak berperan sama sekali. Tugas mereka diambil alih oleh magisterium untuk mengartikan wahyu, lalu merumuskannya dalam bentuk dalil dalil sesuai dngan kehendaknya masing masing,dan membelanya habis habisan dari serangan kalangan lain yang dianggap bi’dah dengan rumus rumus yang sudah jadi sekalipun sangan tidak masuk akal.

Hal tersebut sama seperti teolog reformasi (protestan) merekapun menyusun dalil dalil, lalu mencari nash nash dalam kitab suci yang membenarkan pikiran mereka untuk melawan katolik. Mentalitas teology dalam pengertian ini menyusup kedalam semua buku buku suci (perjanjian lama dan perjanjian Baru).

Selain itu, teology magisaterium yang bercorak historis, kitab kitab yang disucikan tersebut, hanya dipandang sebagai salah satu sarana wahyu karena kitab kita tersebut tidaklah lebih dari kata kata mutiara. Dilupakan bahwa kitab kitab sebelumnya tidaklah jatuh dari langit. Sebagai dampaknya, para pastor semakin giat membela iman katolik (kristen), tetapi tidak pernah menjelaskan isi kitab yang disucikan tersebut pada ummat gembalaannya. Mereka mencurigai orang orang yang membaca kita suci, dianggap sebagai simpatisan Protestantisme. Hal ini dapat kita ketahui dari bencana yang menimpa Pastor Pius Parch “mati ditiang gantungan” karena mengadakan jam kitab suci disebuah paroki dekat Wina,karena hanya gereja yang berhak menilai kitab suci dan tafsir kitab suci tidak boleh bertentangan dengan tafsir gereja pada umumnya karena ummat tidak siap membaca kita suci tersebut secara langsung, oleh karena itu pembacaan kitab suci harus dibatasi.

Gereja berdasarkan ajaran ajarannya pada tradisi gereja, bahwa tidak semua ajaran iman dapat dijelaskan secara tuntas, karena banyak terkait dengan revelasi atau pewahyuan. Dan apa yang berkaitan dengan revelasi atau pewahyuan ilahi dan apa yang berkaitan dengan pewahyuan ilahi tentulah mempunyai seginya yang penuh misteri, penuh rahasia, yang tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia.

Apakah artinya jikalau seseorang itu berteriak lantang tentang kebenaran Illahi, sementara ia sendiri tidak mengetahui dan memahaminya sama sekali ? apakah hal ini dikatakan dengan Iman, jikalau seseorang itu mengikuti segala sesuatu dengan takliq yang buta, tanpa merasa perlu untuk berpikir akhibat akhibatnya ? Fatumkah ini ?

PERTENTANGAN AJARAN / ALlRAN DOGMA GEREJA DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA


1. ADOPSIONISME

Ajaran ini mengajarkan bahwa Yesus adalah manusia biasa yang diangkat menjadi Anak Allah. Yesus adalah seorang manusia yang bijaksana dan taat kepada Allah. Oleh karena itu, kepadanya dipersatukan Roh Allah.

Yesus melaksanakan perintah Allah dengan sempuma, sehingga dia diangkat ketingkat Ilahi sebagai Anak Allah dan disembah sebagai Anak Tuhan. Ajaran seperti ini terdapat pertama kali dalam golongan Ebionit yang diperkembangkan oleh golongan Monarkhisme dinamis pada abad II dan III M.

Pada abad VIII M, ajaran ini muncul lagi di Spanyol oleh Elipandus (Uskup Toledo) dan Felix Uskup Urge!. Sidang Sinode Roma pada tahun 799 M mengutuk ajaran ini sebagai ajaran yang sesat. Akan tetapi dewasa ini kalangan Protestan (Gereja Advent) memakai ajaran ini untuk menjelaskan Dogma Ketuhanan Yesus.

Adopsionisme merupakan usaha untuk menjelaskan tentang tabiat Rahi manusia Yesus dan bagaimana nisbah di antara Kedua tabiat tersebut.

2. AETERNI PATRIS

Aeterni Patris adalah nama ensiklinik yang dikeluarkan Paus Leo XIII pada tanggal4 Agustus 1879 yang mendesak Gereja untuk mempelajari filsafat terutama karya-karya Thomas Aguinas. Hal ini mengakibatkan munculnya kembali filsafat Skolastik terutama filsafat Thomisme. Filsafat ini mendapat kedudukan yang sentral dalam Gereja. Anehnya ensiklik tersebut dewasa ini berubah posisi menjadi dogma.

3. ANABAPTIS

Anabaptis berasal dari bahasa Yunani: Ana dan Baptiso, yang berarti pembaptisan kembali. Kata ini dipergunakan kepada bermacam-macam kelompok Kristen di Eropa daratan pada abad XVI yang menolak Baptisan anak-anaknya dibaptis. Mereka menekankan Baptisan bagi orang yang percaya (dewasa).

Nama ini merupakan sindiran yang ditujukan kepada Gereja Katolik Roma, karena mereka menolak Baptisan anak sebagai Baptisan yang benar. Mereka membaptiskan kembali anak yang telah dibaptis waktu kedl, apabila dia sudah menjadi dewasa. Dalam kalangan Anabaptis terdapat beberapa kelompok seperti:

1. Kelompok yang dipimpin oleh Thomas Munzer dan NabiNabi dari Zwickau yang muncul di Witthenberg pada tahun 1521. Kelompok ini mengajarkan ajaran tentang ‘Bathiniah’. Ajaran ini kemudian muncul kembali dalam golongan Quaker.

2. Persaudaraan Swiss.

Kelompok ini dipimpin oleh: Hans Denck (1485 -1527) dan Balthasar Hubmaier (1485-152 dan berkembang di Swiss dan Jerman selatan bagian barat. Mereka mengajarkan bahwa:Baptisan orang percaya yang adalah merupakan dasar persekutuan jemaat. BekeIja pada lembaga pemerintah ditolak oleh mereka.

3. Persaudaraan Hutterian.

Kelompok ini dipimpin oleh Yakop Hutter.Mereka sangat menekankan akan hak milik seseorang sebagai hak milik sesama. Kelompok ini berkembang di MOIvia dan kemudian di Amerika Serikat.

4. Golongan Melkhiorit (Hoffmanit).

Golongan ini dipimpin oleh Melkhior Hoffman. Mereka menekankan bahwa :Yesus akan segera kembali dan kedatangan Yesus akan segera teIjadi. Kerajaan Allah akan segera didirikan di bumi, dan Allah akan menghukum orangyang berdosa, yang sesuai dengan kadar dosanya.

5. Kelompok Anabaptis yang menggungsi ke Munster. Kelompok ini berusaha mendirikan kerajaan orangorang suci dibawah pimpinanJan Bockelson. Kelompok ini mengajarkan Poligami.

6. Kelompok Menomit.

Kelompok ini dipimpin oleh Simons di Belanda. Mereka menolak kekerasan, sumpah dan bekerja sebagai pegawai negeri. Para Refor-mator (Gereja-Gereja Pembaharu) menolak Anabaptis. Anabaptis dihambat oleh Gereja Katolik Roma dan dikutuk, akan tetapi pada abad ke 19, mereka memperoleh kebebasan untuk hidup dan berkembang.

4. ANAMNESIS

Berasal dari bahasa Yunani: Anamnesis yang berarti “peringatan atau kenangan”. Kata ini pergunakan untuk menunjukan kepada cerita tentang penderitaan Yesus, kematian dan kebangkitan kembali, yang diucapkan oleh pemimpin Liturgi dalam perayaan tersebut. Perayaan (upacara) ini dikenal pada abad ke2 SM, dalam tata cara peribadatan kaum Hellenis, jauh sebelum Yesus orang Nasaret itu lahir.

5. ANIMA CHRlSTI

Berasal dari bahasa Latin yang artinya “Jiwa Y esus”. Doa ini biasanya dipergunakan dalam Ekaristi pribadi. Doa ini bukan berawal pada abad Keempat dan bukan ciptaan Ignatius dari Loyola ataupun Paus Y ohanes XXII seperti yang diduga banyak orang. Melainkan sebuah rangkaian dengan ANAMNESIS.

6.ANTILEGOMEMA

Adalah istilah yang dipergunakan oleh Eusibius dari Kaisarea, sejarahwan yang menulis Injil Matius dan Markus, untuk menunjukan tulisan-tulisan yang dipersoalkan atau diragukan kebenarannya. Istilah ini kemudian dalam perkembangannya dipergunakan untuk membedakan tuliasan-tulisan yang pada umumnya ditolak sebagai Firman Allah.

Tulisan-tulisan yang dipersoalkan itu pada umumnya diterima sebagai firman Allah, sekaligus sebagai Kitab Kanoniek. Kitab-Kitab yang diterima itu adalah: Yakobus, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes serta Yudas. Sedangkan tulisan-tulisan yang dipandang sebagai tulisan non Kanonik antara lain adalah: Kisah Paulus, wahyu kepada Y ohanes, surat Barnabas dan Didache.

7. ANTIN0MIANISME

Istilah ini berasal dari bahasa Yunani anti-anti, “melawan” dan monos artinya “hukum”, “peraturan”. Antinomos artinya melawan hukum. Istilah ini menunjuk kepada ajaran yang mengajarkan bahwa orang Kristen oleh kasih kumia Allah telah dibebaskan dari melakukan hukum Taurat. Seorang Kristen telah dibenarkan oleh iman dalam Yesus Kristus, sehingga mereka tidak lagt tunduk dfbawah hukum Taurat.

Antinomianisme muncul pada abad Kedua dan Ketiga Masehi, yaitu dari sekte Adamit di Afrika Utara. Banyak aliran dalam Gnostik bersifat Antinomian. Mereka mengajarkan bahwa hukum Taurat diberikan oleh Demiurgos bukanlah Allah yang benar yang harus ditaati.

8. BINITARIANISME

Aliran yang mengajarkan bahwa Trinitas hanya terdapat dua oknum yaitu Allah Bapa dan Allah Anak. Aliran ini tidak mengakui Roh Kudus sebagai oknum yang tersendiri dalam keilahian. Ajaran ini tampak dalam ajaran Tertulianus sebelum ia menjadi pengikut Montanus.lstilah ini dipergunakan oleh F. Loofs pada tahun 1898.

9. CORPUS CHRISTI

Adalah perayaan ekaristi yang dilaksanakan pada hari Kamis sesudah Minggu Trinitas untuk memperingati pembentukan dan pemberian Ekaristi. Perayaan ini didasarkan pada penglihatan Yuliana yang diberkati pada tahun 1230 M yang mendapat pengesahan dari Paus Urbanus IV dengan Bulla Transiturus. Semenjak abad ke-14 perayaan ini menjadi perayaan pokok dalam Gereja yang dilaksanakan sekali dalam setahun. (pada hari Kamis putih).

10.DOSETISME

Adalah aliran dalam Kristen yang mengajarkan bahwa Yesus tidak sungguh-sungguh menjadi manusia. Yesus tidak sungguh-sungguh menderita, niati dan bangkit. Yesus hanya memakai tubuh yang semu. Yang disalibkan bukanlah Yesus, melainkan Yudas lskariot ataupun Simon dari Kirene yang mengambil rupa Yesus. Dosetisme memperoleh lahan yang subur dalam Gnostik. Ajaran ini dikutuk oleh petinggi Gereja, seperti lrenaesus dan Ignatius dari Antiokia.

11. TRlNITAS

Yang dimaksud dengan Trinitas adalah di dalam satu diri terdapat tiga oknum yaitu Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Ajaran ini diperkenalkan pertama kali diperkenalkan dalam Sidang Sinode Gereja yang pertama pada tahun 179 M di kota Sardika,akan tetapi tidak dapat di sahkan sebagai ajaran gereja,karena kedudukan dewan sinode,berada di bawah dewan konsilli,terutama Konsilli Oikumenis. Rumusan ini di sahkan dalam konsilli di kota Nicea pada tahun 325M.

12. IKONO KlASIK

Gambar yang biasanya dituliskan pada kayu, gading ataupun pada bahan lainnya yang berupa gambar mozaik yang dipersembahkan kepada Maria dan Yesus.

13. MONOTELlTISME

Berasal dari bahasa Yunani: Monothelatai. Kata ini dibentuk dari dua suku kata yaitu: Monos = satu dan Thelein = kehendak. Jadi berarti satu kehendak. Ajaran ini muncul pada abad Ketujuh yang mengajarkan bahwa hanya terdapat satu kehendak dalam Kristus. Munculnya istilah/ ajaran ini adalah sebuah upaya untuk mempersatukan Gereja Timur dan Gereja Barat untuk menghadapi peperangan dengan Islam atas wilayah kekaisaran Timur (Konstantinopel).

Pada tahun 624 M Kaisar Herac1ius mengadakan rapat dengan para pemimpin Monofisit. Rapat ini menghasilkan suatu rumusan yang diterima oleh Kedua belah pihak. Rumusan ini menyatakan bahwa Yesus mempunyai dua tabiat namun mempunyai cara kerja yang satu.

Rumusan ini disampaikan kepada Sergius Uskup Constantinopel dan Sergius menerima usulan ini. Akan tetapi Sophronius-Uskup Yerusalem menolaknya dan mengadukan Sergius kepada Paus Honorius di Roma pada tahun 634 M. Paus Honorius menulis dua surat yang menyetujui sikap Sergius, akan tetapi Paus menggantikan sebutan satu bentuk keIja dengan sebutan ’satu kehendak’. Istilah yang dipakai Paus adalah: Ecthesis, yang berarti: di dalam Kristus haaya terdapat satu keheadak. Berdasarkan keputusan Konsili Constantinopel pada tahun 638 M 639 M, maka Gereja Timur menerima istilah Ecthesis ini. ‘

Pada tahun 648 M, Kaisar Constans 11 menghapus istilah Ecthesis dan menggantinya dengan istilah Typos. Hal ini terjadi karena Paus-Paus pengganti Honorius, yOOtu Severinus, Yohanes IV dan Theodorus I mengutuk Monoteitisme. Kaisar melarang pemakaian istilah Monotelit maupun Dyotelit. Pertikaian ini berjalan terus dalam Gereja hingga diselesOOkan oleh Konsili Constantinopel pada tahun 680M.

14. THEOTOKOS

Berasal dari bahasa Yunani yang artinya “yang membawa Allah”. Pada tahun 429 M gelarini dikecam oleh Nestorius dan para pengikut-Pengikutnya.Menurut Nestorius gelar ini merendahkan Allah karena tidak mungkin Allah dilahirkan oleh seorang perempuan. Nestorius mengajukan gelar yaitu Kristokos, karena Maria hanya melahirkan lristus dan bukan Tuhan Allah Bapa. Namun gelar Theotokos disahkan sebagai gelar yang sah dalam Konsili Efesus 431 M dan Konsili Chalcedon tahun 451 M.

15. DOMINUS VOBISCUM

Salam Liturgi yang berarti “Tuhan beserta engkau” dan dijawab oleh umat dengan Et cum spiritu tuo, salam dan jawaban ini termuat dalam Apostolik dari Hipplytus.

16. DOMTISME

Gereja pecahan di Mrika Utara yang dipimpin oleh Donatus Uskup Cassae Nigrae selatan Namibia.Donatus menolak kea~sahan penahbisan Uskup Caselianus untuk menjadi Uskup Chartago pada tahu, 311 M karena salah seorang Uskup penahbisnya.yang bernama ‘Uskup Felix’, Uskup di Aptunga, pernah murtad ketika kaisar Diocletianus berkuasa, dia menyerahkan AlKitab untuk dibakar. Uskup-Uskup Namibia mendukung Donatus dan mereka menahbiskan Majorinus sebagai Uskup Chartago.

Donatisme mengajarkan bahwa Gereja terdiri dari orang-orang suci. Setiap sakramen adalah sah apabila dilaksanakan oleh orang yang tidak pernah murtad dalam penghambaan. Donatisme menganut sistem disiplin Gereja yang keras.

17. EKSORlSME .

Adalah praktek pengusiran Roh jahat dalam agama Yahudi dan kemudian diambil alih oleh Gereja. Dalam Gereja Katolik Roma, hal ini dilaksanakan pada waktu anak dibaptis, pada waktu pemberkatan air, minyak dan cawan-cawan suci.

18. FILLlOQUE

Artinya: ‘Anak’. Kata ini dipakai untuk menyatan bahwa Roh Kudus ke luar dari Bapa dan Anak. Gereja menambahkan kata Fillioque (dan Anak) pada pengakuan iman Nieea yang semula tidak terdapat di dalam naskah aslinya. Penyisipan kata ini dibuat dalam Konsili Toledo pada tahun 589 M.

Istilah ini menjadi sangat populer di Prancis dan dinyanyikan dalam Ekaristi. Biarawan-biarawan membawa istilah ini ke biara di Yerusalem. Fillioque merupakan pokok perselisihan yang hangat antara Gereja Timur dan Gereja Barat, sehingga pokok ini menjadi salab satu pokok pendorong perpeeaban antara Kedua Gereja tersebut.

19. GALLlCANISME

Adalah arti yang bersifat Gerejawi dan politis di Frank. Gerakan ini menuntut pembebasan Gereja Katolik Roma di Prancis dari kekuasaan luas di Roma. Gerakan ini menolak eampur tangan Paus dalam pemerintahan duniawi termasuk pengangkatan dan pemecatan raja.

Menurut Gallieanisme, kekuasaan raja diterima langsung dari Allah dan karena itu kekuasan raja-raja di luar Yudiriski Paus. Mereka menolak keputusan Konsili Trente untuk diberlakukan di Prancis. Gallieanisme mensahkan aj aran Gerej a di Prancis dalam persidangan umum Klerus Praneis pada tahun 1682 M yang kemudian dikenal dengan nama Empat pasal Galliean.

20. GLORIA PATRI

Berasal dari bahasa Latin yang artinya “kemuliaan bagi Bapa”. Hal ini merupakan suatu Pujian terhadap Trinitas, dan Baptisan Trinitas. Sejak abad Keempat, Gloria Patri dinyanyikan sebagai Mazmur. Golongan Patrian di Inggris dilarang mempergunakannya karena tidak didasarkan pada AlKitab. (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru).

21. HARI NATAL

Adalah hari perayaan kelahiran Yesus. Pada abad Kedua di mana dimaklumkan sebagai tahun Gereja. Gereja memutuskan peraturan se gala perayaan Hari Raya Gereja. Perayaan Hari Natal dimulai pada abad N SM oleh Gereja, Timur. Perayaan di Gereja Timur ini dinamakan ‘Epiphanias’ yang dilaksanakan setiap tanggal 6 Januari, sebagai hari peringatan akan Babtisan Yesus. Sementara penetapan perayaan ini setiap tanggal25 Desember, adalah sebagai hari pesta Raja (Kaisar). (Dewa Matahari yang tidak terkalahkan). Gereja Timur menghubungkan perayaan Natal dengan perayaan Epipfani dan Baptisan Yesus pada tanggal 6 Januari, tetapi kemudian mereka juga me1aksanakan (merayakan) Natal pada tanggal 25 Desember. Gereja Armenia dan Gereja Yerusalem hingga saat ini tetap merayakan Natal tanggal 6 Januari.

22.HEXAPLA

Adalah edisi Perjanjian Lama yang dibuat oleh Origenes yang terdiri dari 6 kolom paralel namun pada bagian-bagian tertentu ditambah tiga kolom sehingga menjadi 9 kolom. Karya Orgenes ini sangat bermanfaat bagi studi teks AlKitab.

23. HOUSION

Adalah kelompok yang mempertahankan keputusan Konsili Nicea. Istilah Homousios dipergunakan untuk menjelaskan bagaimana nisbah antara Allah Putra dengan Allah Bapa oleh Konsili Nicea. Mereka mengajarkan bahwa Hakikat Allah Putra adalah sama (sehakikat) dengan Allah Bapa. Penganjurnya adalah Eusibius dari Kaisarea.

24. HIPSITARIAN

Adalah sekte yang lahir di Kapadokia pada Abad Keempat. Gregorius dari Nissa mengatakan bahwa sekte ini menolak menyembah Tuhan Allah sebagai Bapa, Tuhan Allah hanya di sembah sebagai Raja Yang Maha Tinggi. Ajaran ini merupakan perpaduan unsur kepercayaan agama-agama Timur dengan agama Yahudi.

25. IN HOC SIGNO VlNCES

Berasal dari kata Latin yang artinya, “dengan tanda ini (tanda Salib)? engkau akan menang”. Menurut kepercayaan Gereja, kata ini dilihat oleh Constantinus yang tertulis pada Salib, pada tahun 312 M, pada waktu ia hendak memerangi Licinus. Dengan tanda ini engkau akan menang, ia memerangi Licinus. Tanda Salib ini juga dipergunakan untuk memerangi Umat Islam dalam perang Salib.

26. INFALLlBILlTAS

Adalah sebagai berikut: Apabila Paus berbicara tentang iman dan moral dalam kapasitasnya sebagai kepala Gereja, maka ia tidak dapat salab karena perlindungan I1abi. Pada Konsili Vatikan I pada tahun 1870 M, Gereja Katolik Roma menyatakan bahwa P’aus tidak bersalab apabila ia menetapkan suatu ajaran ten tang iman atau moral sebagian dari deposit Wahyu Ilabi yang diturunkan dari tradisi Rasul dan oleh karena itu harus dipercayai oleh seluruh Gereja.

27.INFRAPSARlANISME

Adalah aliran dalam teologi Calvanisme pada abad ke-16 di Belanda. Aliran ini berupaya untuk memperlembut Predestinasi bagi manusia yang ditolak oleh Allah. .

28.KAMIS PUTIH

Adalah nama yang dikenakan sebelum hari Jumat Agung. Perayaan ini mulai dilakukan pada Abad Keempat, seperti yang disaksikan oleh Konsili Hippo pada tahun 393 M.

29. KENAlKAN MARIA KE SORGA

Adalah Dogma yang ditetapkan oleh Paus Pius XII melalui ensiklik Munificenissimus Deus pada tanggal 1 November 1950. Ajaran ini mengajarkan bahwa setelah Maria menyelesaikan tugas di dunia ini maka tubuh dan jiwanya akan ke sorga kemuliaan sorgawi.

Kepercayaan ini bersumber dad Kitab Apokrif Gnostik pada akhir Abad Keempat yaitu Kitab Maria berlalu. Kitab ini masih dalam bahasa Yunani, Latin dan Arab. Penulisannya tidak diketahui dengan jelas. Pesta kematian Maria dirayakan di Palestina pada Abad Keempat setiap tanggal 15 Agustus.

30. KLERIKALISME

Adalah istilah yang dipergunakan sebagai bahan ejekan terhadap tingkah laku sebagian Klerus yang tidak baik (memperkosa, memeras) istilah ini juga dipergunakan untuk menunjukan ketidakpantasan kaum Klerus mengurus dalam urusan duniawi

31. KOLEKTA

Adalah bentuk doa pendek untuk melukiskan kemulian Tuhan. Kolekta merupakan cid yang utama dalam Gereja Barat. Ooa ini populer pada abad Kelima, yang pada mulanya ditujukan hanya kepada Tuhan Allah Bapa, namun sejak abad pcrtengahan kolekta ini ditujukan kepada Yesus (Allah Putra).

32. KONSENSUS GEVENENSIS

Adalah hasil perumusan kembali oleh Calvin mengenai ajaran Predestinasinya dalam melawan J. Bolsek, Bolsek menyerang ajaran Predestinasi Calvin. Perumusan baru ini disetujui oleh pendeta-pendeta di Jenewa, dan Jhon Calvin mempersembahkan kepada dewan kota 18 Oesember 1551M.Konsensus ini juga dikenal dengan nama “de aeterna Dei Praedestinatio”,

33. KONSENSUS TIGURINUS

Adalah pengakuan iman yang disetujui oleh Calvin clan Farel yang mewakili Protestan Prancis di Swis dengan Bullinger yang mewakili Protestan Jerman, Konsensus ini terdiri dari 26 pasal. Intinya adalah ajaran ekaristi yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip Calvinis.

34. KONSEKRASI

Adalah tindakan atau ketetapan yang membuat seseorang atau sesuatu dikhususkan untuk pelayanan (pekerjaan Ilahi). Dalam Gereja istilah ini dipergunakan untuk beberapa arti:

a. Upacara dalam ekaristi, yaitu akta yang meIilbah roti dan anggur ekaristi menjadi tubuh dan darah Yesus.

b. Dikenakan pada diri Uskup, karena ditugaskan untuk pelayanan Gereja.

c. Dikenakan pada altar, Gereja dan alat-alat ekaristi.

35. LATRIA

Adalah penghormatan atau pemujaan yang hanya patut diberikan kepada Tuhan Allah. Lawannya adalah Doulies. Sebutan Latria muncul dalam pertikaian ikonoklasik-patung dan gambar, hanya boleh mendapat penghormatan dan bukan pemujaan.

36. LOGOS

Logos adalah istilah yang dipergunakan dalam teologi Kristen untuk menunjuk oknum Kedua dalam Trinitas yaitu Yesus. Istilah ini dipinjam oleh Gereja dari filsafat Yunani. Origines mengajarkan bahwa Allah Bapa terus-menerus melahirkan logos dan karena itu logos sama kekalnya dengan Allah Bapa.

Logos tidak mempunyai awal dan akhir, ia adalah alpha dan omega. Thephilus membedakan antara logos endiathetos dengan logos prophikos. Logos endiathetos adalah logos yang berdiam di dalam Bapa, sedangkan logos prophorikos adalah logos yang berinkarnasi guna tujuan penciptaan. Istilah logos sesudah Konsili Niceajarang dipergunakan, dan diganti dengan Allah Putra.

37. MARONIT

Adalah golongan Kristen yang muncul pada abad Ketujuh, sebagai perpecahan dari golongan Monothelit di Syria. Mereka dikutuk oleh Konsili Constantinopel 11 pada tahun 680 M, karena menganut ajaran monothelit menurut kepercayaan golongan Maronit.

Pada tahun 1182 M mereka menyatukan diri dengan Gereja Katolik Roma, dan hingga sekarang hubungan ini tetap dipertahankan. Paus GregoriusXIII, mendirikan Kolese Maronit Roma. Mereka mempunyai liturgi tersendiri dan memakai bahasa Syria, pimpinan Gerejanya memakai gelar Patriakh.

38. MESSALIA

Yang artinya adalah “umat berdoa”. Messalia merupakan golongan esketis yang pertama kalinya muncul di Mesopotamia pada pertengahan abad Keempat, kemudian menyebar ke Syria, Asia Kedl, dan Mesir. Golongan ini mengajarkan bahwa akibat dosa Adam, maka setiap orang mempunyai subtansi iblis yang bersatu dengan jiwanya, iblis ini hanya dapat diusir selain dengan Baptisanjuga melalui konsentrasi dan doa yang tidak berkesudahan.

39. METEMPSIKOSIS

Adalah aliran yang mengajarkan bahwa jiwa berpindah-pindah dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya hingga ia mencapai kesempumaan. Aliran ini tersebar luas di India, danjuga terdapat dalam kalangan agama Yahudi Kabala. Ajaran Origenes tentang pra eksistansijiwa yang mendekati ajaran Metempsikosis.

Ajaran ini diserang Agustinus dan dikutuk dalam Konsili Lyons pada tahun 1274 M, dan dalam Konsili Florence pada tahun 1439 M, Konsili menyatakan bahwa setelah seseorang meninggal dunia, jiwanya langsung masuk ke sorga atau api pencuci dosa tergantung dari kadar dosa yang bersangkutan.

40. METHODISME

Adalah aliran kekristenan yang muncul di Inggris pada abad ke-18. Pemimpinnya adalah dua orang bersaudara yang bernama Jhon Wesley dan Charles Wesley. Methodisme pada awalnya merupakan nama ejekan terhadap. sebuah wadah: perkumpulan keagamaan di Oxford yang dikenal juga dengan nama perhimpunan Kudus.

41. MILLERlANISME

Paham ini adalah suatu kepercayaan akan kerajaan seribu tahun yang penuh Berkah. Pengikut kepercayaan ini terbagi atas dua golongan, golongan Pre-Millenarianisme mengajarkan bahwa kerajaaan seribu tahun akan teIjadi setelah kedatangan Yesus yang Kedua kalinya sedangkan Post-millenarianisme mengajarkan bahwa kerajaan seribu tahun akan mendahului kedatangan Yesus yang Kedua. Dalam Gereja Lama” ide Millenarianisme ditemukan dalam golongan Gnostik, Motanisme. Pada zaman reformasi, ide ini ditemukan dalam golongan anabaptis.

42. MONTANISME

Adalah gerakan Apokaliptik yang muncul di Phrygia, Asia Kedl pada pertengahan abad Kedua. Nama ini diberikan berdasarkan nama pemimpin utamanya yang bemama Montanus. Montanus mulai bernubuat pada tahun 172 M dengan menyatakan bahwa Yerusalem baru akan didirikan di dekat Pepuza di Asia kecil

Dua orang wanita pengikutnya ikut turut bernubuat yaitu Prisca dan Maximilia. Mereka berkata bahwa hasil pembicaraan mereka adalah hasil dari Kuasa Roh Kudus, dan Roh Kudusnya ‘adalah mereka itu sendiri. Poliandri tidak diperbolehkan.
Gerakan Monatisme ini dikutuk oleh Paus Zephyrinus dalam Sinode di Antiokia sebe1um tahun 200 M. Akan tetapi ajaran-ajaran ‘Moral’dari aliran ini diterima sebagai aj aran Kristen yang di kukuhkan dalam Sidang Konsili Nicea.

43. NE TEMERE

Adalah kepitusan dewan Konggregasi Kudus pada tanggal 2 Agustus tahun 1907 dan mulai berlaku 19 April 1908 setelah diumumkan Paus Pius X. Keputusan ini memperbaharui peraturan tentang pernikahan dalam Gereja Katolik Roma. Perkawinan dinyatakan sah ap’abilaUskup atau Pastur yang berwenang. Keputusan ini dinyatakan sebagai akibat akibat dari kecendrungan umat menikah dicatatan sipil.

44. NIHILLlANISME

Adalah aj aran yang mengatakan bahwa Kristus dalam tabiat manusia adalah tidak ada. la digantijdiisi dengan ke-Allahan-Nya semata-mata. Banyak teolog abad ke-12 mempertahankan ajaran ini antara lain; Petrus dari Poiteirs yang menyatakan bahwa ia mengambil alih ajaran ini dari Petrus Lombardus. Ajaran ini dikutuk oleh Paus Alexander III pada tahun 1170 M dan 1177 M.

45. NOVATIANISME

Adalah paham yang dianut suatu golongan pada abad Ketiga yang memisahkan diri dari Gereja Barat yang dip imp m oleh Uskup Novatianus. Golongan ini mengambil sikap yang sangat keras dalam disiplin Gereja. Golongan ini berkembang hingga abad Kelima.

46. NUNC DIMITIS

Adalah nama yang dikenakan untuk Simon. Nama ini diambil dari kata Vulgata. Sejak abad ke IV Nunc Dimitis merupakan bagian doa sehari-hari yang memakainya disebut dalam Konstitusi Apostolik.

47. OFFERTORI

Adalah upacara pemberian-pemberian yang berupa roti dan anggur oleh umat untuk dikonsekrasikan oleh pemimpin ekaristi di altar. Offertori juga dapat dinyanyikan sementara persembahan roti dan anggur dibawa menuju altar.

48. ORIGENISME

Adalah ajaran-ajaran yang didasarkan pada ajaran Origenes. Aliran ini mengajarkan bahwa: Allah menciptakan semua Roh dan bersama dengan Allah sejak kekal. Putra Allah itu dilahirkan Allah terus menerus. Karena Putra Allah itu adalah kekal dan sehakikat dengan Allah Bapa yang melahirkan-Nya.

Istilah teknis yang dipakainya adalah “tidak pernah ada waktu Putra Allah itu tidak ada”. Bentuk tafsiran yang suka dipakai adalah Allegori. Ajaran Origenes dikembangkan oleh murid-muridnya pada abad Ketiga dan Keempat. Pada akhir abad Keempat dan awal abad Kelima ajaran ini diserang oleh Epiphanius, Hieronymus dan Theophilus dari Alexandria. Pada abad Keenam aliran ini di serang oleh Kaisar Yustinianus dan mengutuk Origenisme sebagai ajaran yang sesat oleh Konsili Constantinopel II pada tahun 553 M.

Sebagai catatan tambahan: banyak sekali karya Agung Origenes terhadap Gereja. Salah satunya adalah pengumpulan dan penulisan kembali Kitab PeIjanjian Lama dan PeIjanjian Baru yang dikenal dan dipakai dewasa ini.

49. PALLIUM

Adalah ikat pinggang bulat yang terbuat dari wool dengan dua tali gantungan dan enam buah Salib berwarna ungu tua yang dikenakan pada bahu Paus dan atau diberikan kepada Uskup Agung dalam Gereja. Asal usul Pallium ini tidaklahjelas. Tampaknya, pada awalnya Pallium dipakai Uskup Agung yang tidak mempunyai hubungan dengan Roma. Dalam perkembangannya ‘Pallium ini dipakai oleh Paus. Dan pada waktu-waktu tertentu Pallium ini dikirim kepada orang-orang tertentu sebagai tanda penghormatan. Semenjak abad kesembilan semua metropolitan harns memakai dan menerima Pallium dari Paus.

50. PENGAKUAN IMAN ATHANASIUM

Adalah salah satu pengakuan Iman Oikumenis menurut tradisi, pengakuan iman ini disusun oleh Athanasius, Uskup Alexandria pada abad Keempat.

Hal ini dibantah oleh Grhard Voss pada tahun 1642. Grhard Voss menyatakan bahwa hal tersebut adalah sesuatu kekeliruan karena Athanasius berbahasa dan menu lis dalam bahasa Yunani.

Sedangkan pada sisi yang lain,hal tersebut tidak menunjukan/memperlihatkan teologi Athanasius yang dengan gigih mempertahankan istilah Homoosious.

Istilah Homoousios hilang dalam pernyataan ini dan istilah yang dipakai dalam pengakuan ini adalah; Fillique, salah satu istilah yang sangat populer di Gereja Barat.

Pengakuan lman Athanasianum ini berdasarkan keputusan Sinode Autun pada tahun 670 M, di mana Sinode menyatakan “Iman dari Athanasious”. Ada banyak dugaan tentang pengarang ini. Ada yang mengatakan pengarangnya adalah Ambrosius. Ada pula yang mengatakan Kaesarius dari ArIes. Akan tetapi Gereja tetap pada keputusannya, bahwa hal tersebut (pengakuan iman ini) disusun oleh Athanasianus. Hal ini menjadi pokok perdebatan teologis sampai dengan sekarang ini.

51. PNEUMATOMACHI

Adalah aliran yang berkembang pada abad Keempat. Aliran ini menolak ke-Allah-an Roh Kudus yang dipimpin oleh Eusthatius dari Sebaste. Aliran ini musnah ketika Kaisar Theodosius menindas aliranaliran selain Gereja Negara di wilayah kekaisarannya.

52. PRISKlLLIANISME

Adalah aliran yang muncul pada abad Keempat dan Kelima yang asal usulnya tidak jelas. Menurut Sulpius Severus, Priskillian adalah seorang awam yang menganut sejenis Gnostitisme yang diperkenalkan di Spanyol oleh seorang Mesir yang bernama Markus. Priskillian mendapat pengikut yang cukup banyak. Di antaranya adalah dua orang Uskup yang bernama Istantius dan Salvianus. Ajaran ini dikutuk Gereja pada tahun 380 M, dalam Sinode Saragoza. Sinode ini melarang pertemuan campuran (lakilaki dan perempuan) untuk menyelidiki AlKitab, dan tindakan tidak menghadiri Gereja pada masa puasa. Walaupun dikutuk, Priski1lian tetap menjadi Uskup Avila.

53. PRESBITER

Adalah suatu jabatan dikalangan Kristen yang pertama, yang di ambilnya dari Sinagoge Yahudi. Pada abad Kedua, gelar ini biasa dipergunakan untuk Ketua Dewan Presbiter dan Uskup mendapat penghormatan, mempunyai hak prerogatif dari Presbiter. Dewan Presbiter memiliki kuasa administratif maupun pengajaran serta fungsi keimanan.

54. QUIETISME

Adalah suatu ajaran yang menyatakan bahwa kesempurnaan didapat dengan jalan berdiam diri sama sekali, book pikiran maupun kehendak dan berserah kepada Allah dengan iman yang sejati. Orang yang mengikuti Quietisme tidak memerlukan ibadah dan sakramen.

Tokoh-tokoh Quietisme adalah: Miguel de Molinos yang dikutuk oleh Gereja pada tahun 1687 M dan Pietro Petrueei yang dikutuk pada tahun 1688 M.

55. RABU ABU

Adalah hari pertama puasa. Hingga abad Ketujuh puasa dimulai pada Quadragesima. Empat hari ditambahkan, sehinggajumlah puasa meneapai empat puluh hari. Hari Rabu merupakan hari penyesalan yang tetap di pertahankan hingga sekarang ini. Penyesalan itu ditandai dengan menggosokkan abu (abu yang di maksud adalah abu dari Daun Palma yang di bakar) pada dahi para Klerus dan awam oleh Imam.

56. RESPONSORIS

Adalah suatu liturgi (tata eara peribadatan) yang diucapkan seeara bersahutan, antara pemimpin ibadah dengan umat. Kalimat-kalimat itu disusun dalam bentuk yang pendek. Penyusunan diatur sedemikian rupa sehingga dapat dinyayikan oleh umat. Praktek ini diambil dari kebiasaan dalam sinagoge Yahudi.

57. SABBATHARIANISME

Adalah suatu aliran atau pandangan yang sangat menekankan hari Sabath. Aliran ini muncul di Inggris dan Scotlandia pada abad 17 dan menyebabkan pertikOOan dengan pemerintah. Sabbathtarianisme dipengaruhi oleh buku karangan Nicholas Bound, dalam bukunya yang berjudul “ajaran tentang Sabbathh ditekankan agar hari Sabbathh dirayakan separti hari Sabbath dalam Perjanjian Lama”. Akan tetapi segala prilaku jemaatnya tidaklah lebih dari hewan. David Koresh dan jemaat jemaatnya menjadi salah satu contoh mulia dalam kasus ini.

58. SALVE REGINA

Adalah suatu Antifonis yang diucapkan dalam Gereja Barat untuk memuji Maria. Antifonis ini berasal dari abad KeseBelas (XI) Masehi. Pengarangnya tidak diketahui dengan persis. Pada permulaan abad Kedua Belas, Salve Regina dipakai oleh Serikat Sistersian sebagai antifonis terhadap Paus Benediktus maupun kepada Magnificat, pada empat pesta besar untuk Maria. Semenjak abad Ketiga Belas, Salve Regina diucapkan setiap hari.

59. SUBLAPSARlANISME

Adalah aliran atau ajaran yang didasarkan pada ajaran Calvin ten tang predestinasi. Dikatakan bahwa penetapan Allah terhadap siapa yang dipilih dan siapa yang ditolak terjadi setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa.

60. TRADITIO SYMBOLl

Adalah pengajaran yang diberikan kepada katakumen yang berisi penjelasan ten tang pengakuan iman yang dipimpin oleh Uskup. Pada tahun’ 1972, Gereja Katolik Roma,- memberlakukan kepada Baptisan dewasa. Acara dan tata laksan~ ini diambil dari agama Yahudi, tentang Baptisan.

61. TRIHEISME

Adalah ajaran yang menolak kesatuan substansi dalam Trinitas. AJaran ini berasal dari Philophonus. Ia mengajarkan bahwa dalam Trinitas terdapat tiga substansi. Pada abad pertengahan Roskellinus,dan Gilbert de Laporree. Dituduh sebagai orang yang mengajarkan Triheisme. Ajaran ini dikutuk dalam Sidang Konsili Soissons pada tahun 1092 M.

62. UNITAR’ANISME

Adalah suatu ajaran yang sangat menekankan ketunggalan Allah. Ajaran ini menolak Trinitas. Dalam pengajaran dan ibadah tidak ada doa yang di naikkan kepada Yesus dan keilahian Allah Roh Kudus ditolak.

Apakah Kristen/katolik Ajaran Tuhan Allah yang harus diimani ?


Dalam mempelajari permasalahan ini (dogma dan ajaran agama Kristen-Katolik), senang atau tidak kita harus kembali lagi ke abad IV SM sampai dengan abad ke XV M, di mana kebiasaan penguasa Romawi, reaksi masyarakat, konsep tentang tuhan, status tentang manusia, tujuan-tujuan dari agama dan kehidupan ini, untuk dapat dijadikan panduan dalam studi terse but. Hal ini bukanlah sesuatu hal yang mengada-ada melainkan sebuah kemestian yang harus dilaksanakan karena budayabudaya tersebut melatar belakangi perumusan dogma agama “Gereja Samawi”? tersebut.

Mengurai permasalahan ini secara mendetail khususnya perilaku penguasa Romawi tidak begitu bermanfaat, sekalipun konsep-konsep kebajikan teologis ini berasal dari buah pikiran mereka, akan tetapi dalam kesempatan ini saya membahas beberapa istilah dalam Gereja dan memaparkan beberapa Kontradiksi dogma Gereja sejarah perkembangannya, guna untuk ketahui umat yang awam dalam permasalahan ini. Akan tetapi sebelumnya saya mendefenisikan terlebih dahulu apa itu Katolik dan apa itu Kristen, sumber theology gereja, dan hasil hasil konsili oikumenis untuk memudahkan pembaca dalam memahami masalah ini.


1. Defenisi Katolik

Kata Katolik berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “untuk umum”. Kalimat ini terbagi dalam dua suku kata yaitu: “Cathos’ yang berarti ‘untuk’ clan “Lichus” yang berarti ‘umum’. Cathoslichus berarti untuk umum atau universal. Kata ini untuk pertama kalinya ditemukan dalam tulisan Ignatius dari Antiokia (Antkhiocia) yaitu surat yang dikirim kepadajemaat-jemaatnya di Smirna. Dalam terminologi Kristen/Katolik, kata ini dipergunakan untuk beberapa arti sebagai berikut:


• Gereja yang universal, sebagai unsur pembeda dengan Gereja-Gereja lokal. .
• Gereja yang benar, sebagai pembeda dengan aliran skimastik.
• Bagi penulis sejarah , hal ini dipakai untuk menunjuk kepada Gereja sebelum perpecahan antara Gereja Barat dengan Gereja Timur pada tahun 1054 M.

Semenjak munculnya gerekan reformasi yang dipimpin oleh Marthinus Luther, Gereja Barat memakai kata ini untuk nama dirinya.

2. Defenisi Kristen

Kata Kristen diambil dari kata Christ dan Thelein. Christ adalah Yesus dan Thelein adalah pengajaran. Kata Kristen bermakna orang-orang yang mengikuti pengajaran Yesus. Istilah Kristen diperkenalkan dalam Gereja pada tahun 190 M oleh Tertullianus satu paket dengan Rumusan Trinitas yang adalah hasil rumusannya sendiri yang diambil dari tradisi Hellenisme.

Permasalahan dalam penamaan ini, sebagian orang dari kalangan (Kristen) memberikan pernyataan bahwajikalau demikian dapatlah dikatakan bahwa usia Kristen dan Katolik itu sama atau kata Kristen lebih tua usianya. Hal atau pernyataan tersebut adalah sama sekali tidak berdasar. Karena pada tahun 207 M sewaktu diadakan Sidang Sinode Gereja di kota Sardika untuk mengambil keputusan tentang pemakaian kata untuk nama Gereja,- apakah Gereja Barat mau menerima kata Kristen untuk merubah nama Gereja Roma, Gereja Barat (Roma) keberatan untuk memakai kata Kristen sebagai nama dirinya untuk menghilangkan unsur Yahudi dalam tubuh Gereja. Semenjak saat itu kata Kristen hilang atau tidak terdengar. Kemudian kata ini muncul kembali pada abad ke sebelas sewaktu Martinus Luther mengadakan reformasi.

3. Sumber Theology Gereja

1. Golongan Apollogetika

Golongan Apologetika adalah sekumpulan orang-orang (filsuf) yang berupaya ‘menyesuaikAn InjU dengan peradaban’. Maksud atau tujuannya adalah; “ingin” membuktikan bahwa hanya Injil yang menggenapi semua cita-cita filsafat Yunani. Menurut pandangan filsafat Yunani:

“Allah bersemayam di tempat yang sangat jauh di atas dunia ini, yakni di sebuah tempat yang tidak dapat didekati. Manusia dapat berhubungan dengan Allah hanya melalui pertolongan Roh atau para. Dewa.” Roh pengantar yang paling u tama adalah ‘Logos atau Kalam’. Logos atau Kalam ini adalah Allah Yang berwujud yang terbentuk di dan oleh dunia. Konsep ini (Allah disetarakan dengan Logos) membuka pintu perpecahan dalam tubuh Gereja dan membuka pula pintunya untuk dimasuki ajaran-ajaran dari budaya-budaya kekafiran.


Theologi Apolloget tentang kelepasan dunia adalah sebagai berikut:

Allah menjadikan logos dalam rangkaian waktu, sebagai Roh yang berpribadi, dan dengan adanya Logos tersebut membuat Allah mampu untuk menjadikan (baca: menciptakan) segala sesuatu.

2. Tertullianus

Tertullianus adalah seorang pengacara yang bekerja di Chartago. Kita mengenal Tertullianus dari tulisan-tulisannya yang dibukukan sebagai bahan rujukan dalam sekolah-sekolah tinggi teologi. Kitab-Kitabnya ini (Tertullianus) ditulis sekitar tahun 195 M hingga tahun 220 M. Theologinya sama dengan golongan Apologet, yang menjadi bahan rujukan teologi Gereja Barat. Tertullianus adalah orang yang pertama kali memakai istilah “Theologia” untuk rumusan rumusan yang menjadi hal yang lazim sejak zaman itu misalnya : dosa turunan, tebusan dosa dan rumusan-rumusan yang lainnya seperti: Allah berzat satu tetapi berpribadi tiga. la memandang manusia dan Allah sebagai seorang terdakwa dihadapan hakim. Se bagai seorang apolloget, Tertullianus mengajarkan bahwa Logos adalah sesuatu zat yang lebih tinggi dari Allah.

3. Clemens dari Alexandria

Adalah seorang ahli teologi yang memadukan atau menyesuaikan filsafat Yunani dengan’ Gnostik. Maksud dan tujuannya adalah sebagai upaya untuk menggerejakan orang kafir yang tingkat intelektualnya sangat tinggi.

4. Origenes

Origenes adalah seorang yang tingkat kepandaiannya dapat disetarakan dengan para Dewa. 6054 buah Kitab ditulis olehnya, terutama Ki tab yang berisi tafsiran ketuhanan dan filsafat.Ajaran Origenes adalah sebagai berikut:

“Asal dan tujuan dari segala sesuatu yang hidup adalah ‘Bapa’, Allah yang abadi, yang dart kekal melahirkan segala sesuatu yang ada. Yangpertama dilahirkan oleh Allah adalah Logos, yang Keilahiannya tetap lebih rendah dari ‘Bapa’. Logos atau Anak adalah oknum yangmelahirkan Roh Kudus. Dari Roh itu terpancarlah segala Roh atau jiwa yang lebih rendah, yang juga bertabiat Illahi akan tetapi berkehendak bebas”.

Kehendak itu disalahgunakan untuk melawan Allah. Cuma satu jiwa saja yang tetap setia kepada Allah. Sebagai hukuman atas masalah ini, semua Roh yang jatuh ke dalam dosa dikurung dalam sebuah (suatu) badan jasmani. Malaikat-malaikat yang jatuh sedikit saja, sehingga mendapat badan serupa bintang dilangit. Di bawah Malaikat adalah dunia dan dibawah dunia adalah setan-setan yang hidup dalam kegelapan. Malaikat dan setan berjuangmerebut dunia dan manusia.

Dasar dan sistem yang di pakai Origenes dalam penafsiran yang alegoris terlalu sangat lemah, sekalipun demikian Gereja pada zaman itu menghormati Origenes sebagai Bapa Gereja, kemudian pada tahun 399 M Gereja mulai sadar bahwa ajarannya (Origenes) tidak sesuai lagi dengan Injil dan Kitab Hexapla yang ditulisnya itu, sehingga teologinya secara resmi ditolak oleh Negara Gereja. Akan tetapi hasil-hasil pemikirannya masih ada sampai saat ini, terutama Kitab Hexapla dan kemudian direvisi oleh Hieronimus dengan nama Vulgata atas perintah Paus Damascus untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan Kitab-Kitab dalam bahasa Latin yang dewasa ini dikenal dengan nama Kitab Perjanjian Lama yang dipakai oleh Gereja Katolik Roma dan Gereja Protestan sampai sekarang.

Penolakan terhadap Teologinya Origenes, bukanlah semata-mata unsur kebijakan Teologis Gereja. Melainkan juga persoalan politis dalam wilayah kekaisaran Romawi. Gereja yang semakin berkembang, menjadi masalah politis yang sangat rumit bagi Kekaisaran Romawi yang bukan merupakan suatu kesatuan dalam suku, agama dan ras, oleh karena itu Kaisar Decius berpendapat bahwa persatuan semua daerah dan warga daerah dalam sebuah negara hanya dapat tercapai (terwujud) apabila dipersatukan dalam negara agama yaitu: satu Ilah, satu Negara dan satu Kaisar.

Penyatuan warga negara dan segala daerah diawali dari tata cara peribadatan terutama dalam kalangan penganut kepercayaan pagan yang waktu itu memiliki jumlah penganut terbanyak dalam wilayah kekaisaran yang kemudian hal ini diikuti juga oleh aliran-aliran yang lainnya seperti Arianysme, dan Hellenisme.

Ketika orang kafir (golongan Arian, Pagan, dan Hellenis) mempersembahkan korban kepada dewanya dan kepada kaisar, Gereja yang memandang hal ini sebagai hal yang positif atau suatu hal yang sangat baik dalam mencari jumlah penganut, ikut-ikutan membakar korban untuk kaisar dan dewanya kaum kafir tersebut. Ditinjau dari segi politis, ha! tersebut sangatlah bermanfaat karena pada dasarnya kaisar-kaisar Romawi adalah kaisar yang gila hormat. dan dengan mengikuti aturan kaisar, Gereja dalam pergerakannya mencapai titik positif dimana negara dapat dijadikan ‘Gereja’ (agamanegara). Sebaliknya kalau ditinjau dari sudut kebajikan teologis, dapatlah dikatakan bahwa manusia dapat berdagang dengan Ilahnya.

Pandangan yang Kedua “kebajikan teologis terutama dalam nilai ‘eskatologis’”) ini menguasai kebaktian Gereja hingga saat ini. Hal ini dapat kita lihat dalam perjamuan suci (kudus) “Eucharisty”. Perjamuan ini dipandang baik sebagai suatu korban dari anggota jemaat, yang patut dipahalai Tuhan, dan sebagai hadiah dari Sorga yang dikaruniai Tuhan secara ‘magis-realistis’.

Ketika kekaisaran (empirium) semakin melemah sebagai akibat dari berbagai kekalahan-kekalahan dalam peperangan, orang-orang (kafir dan Gereja) berpendapat bahwa dewa-dewa murka karena kedurhakaan kepada orang-orang yang tidak mau turut berbakti kepada kaisar (dewa), sehingga terjadilah pembantaian secara besarbesaran dimana kita melihat banyak sekali martirmartir yang harus mati di tiang gantungan dan dibakar hidup-hidup.

Salah satu butir dogma dari ajaran Origenes adalah: menolak penyatuan antara agama dan negara yang dalam hal ini diperankan oleh kekaisaran Romawi. Sebagai akibat dari ajaran ini, Origenes harus mati di siksa (dibakar) penguasa Romawi.

Sesungguhnya Teologi Origenes ini teramat sangat indah karena filsafatnya ini merupakan hasil perpaduan filsafat Plato dengan filsafat Hellenisme. Ajaran ini (Origenes) menjadi suatu susunan filsafat agama Roma Katolik yang dapat saya sebut sebagai puncak atau mahkota kekafiran Hellenisme yang membawa dampak yang sangat tidak diinginkan di mana timbul perselisihan-perselisihan yang sangat hebat atau skisma besar.

Perselisihan-perselisihan ini merambat di seluruh Gereja, baik Gereja di wilayah kekaisaran Barat maupun Timur. Perselisihan dan pertentangan -pertentangan ini secepatnya harus diselesaikan. Akan tetapi penyelesaian pertikaian ini tidak dapat dirumuskan dipersatukan (pecahkan) dalam Sidang Konsili yang pertama di kota Nicea pada tahun 325 M. Perseteruan ini berakhir pada tanggal 23 Mei 1537 M, yang diselesaikan oleh petinggi Gereja dalam Sidang Konsili di kota Terente yang dewasa ini beberapa Gereja pembaharu mengatakan hal ini sebagai Perselisihan-perselisihan ini merambat di seluruh Gereja, baik Gereja di wilayah kekaisaran Barat maupun Timur. Perselisihan dan pertentangan -pertentangan ini secepatnya harus diselesaikan.

Akan tetapi penyelesaian pertikaian ini tidak dapat dirumuskan dipersatukan (pecahkan) dalam Sidang Konsili yang pertama di kota Nicea pada tahun 325 M. Perseteruan ini berakhir pada tanggal 23 Mei 1537 M, yang diselesaikan oleh petinggi Gereja dalam Sidang Konsili di kota Terente yang dewasa ini beberapa Gereja pembaharu mengatakan hal ini sebagai Perselisihan-perselisihan ini merambat di seluruh Gereja, baik Gereja di wilayah kekaisaran Barat maupun Timur. Perselisihan dan pertentangan -pertentangan ini secepatnya harus diselesaikan. Akan tetapi penyelesaian pertikaian ini tidak dapat dirumuskan dipersatukan (pecahkan) dalam Sidang Konsili yang pertama di kota Nicea pada tahun 325 M. Perseteruan ini berakhir pada tanggal 23 Mei 1537 M, yang diselesaikan oleh petinggi Gereja dalam Sidang Konsili di kota Terente yang dewasa ini beberapa Gereja pembaharu mengatakan hal ini sebagai Perselisihan-perselisihan ini merambat di seluruh Gereja, baik Gereja di wilayah kekaisaran Barat maupun Timur. Perselisihan dan pertentangan -pertentangan ini secepatnya harus diselesaikan. Akan tetapi penyelesaian pertikaian ini tidak dapat dirumuskan dipersatukan (pecahkan) dalam Sidang Konsili yang pertama di kota Nicea pada tahun 325 M. Perseteruan ini berakhir pada tanggal 23 Mei 1537 M, yang diselesaikan oleh petinggi Gereja dalam Sidang Konsili di kota Terente yang dewasa ini beberapa Gereja pembaharu mengatakan hal ini sebagai Toronto blessing.

“Seorang manusia,harus mampu untuk membedakan kewajibannya, baik Terhadap sesama manusia, maupun kepada Allah. Disini Origenes memberikan pemisahan tentang kewajiban tersebut. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, rumusan mulia ini di pelesetkan menjadi (baca: untuk) hukum Kanon, “Berikan kepada Allah atas apa yang telah menjadi HakNya, dan berikan juga kepada Manusia atas apa yang telah menjadi haknya.” Dalam kebagusan konsep tersebut, muncul sebuah ironi yang cukup menyakitkan bahwa: Manusia dapat disetarakan dengan Allah.

A. Penghapusan Dosa

Kebajikan theologis -terutama nilai eskatologis- Kristen/Katolik mulai mengalami dekadensi moral pada awal abad Kedua. Di mana dalam tata laksana peribadatan dimasukan unsur-unsur kekafiran yang ada di sekelilingnya, terutama budaya Hellenisme Paganisme dan Arianisme dan beberapa aliran lainnya yang hidup tumbuh dan berkembang pada masa itu dengan sangat suburnya. Contoh kasus yang pertama dan utama (akibat kebajikan kaisar dan Uskup) adalah masalah penghapusan dosa dalam kebajikan teologis terutama dalam nilai ‘eskatologis’.

Keputusan tentang penghapusan dosa,diputuskan pada tahun 217 M oleh Uskup Calixtus, yang memaklumkan bahwa ia selaku Uskup berhak mengampuni dosa, terutama dosa perzinahan (diampuni melalui perzinahan). Sementara dosa-dosa yang lainnya dapat diampuni apabila si pendosa membayar dengan uang tunai atau barang dalam jumlah tertentu.

Keputusan Uskup Calixtus yang yang mendapat persetujuan Gereja dan kaisar ini membawa dampak dekadensi moral Iman Kristiani di dalam Gereja itu sendiri. Sebagian besar anggotajamaatnya tidak setuju dengan ajaran dan praktek Calixtus ini.

Di bawah Presbiter (ketua/penatua) Hippolytus, mereka yang tidak setuju ini memisahkan diri dari Gereja Calixtus, yang pada hemat (pendapat) mereka hal tersebut sudah dinajiskan (diharamkan) oleh dunia. Akan tetapi ajaran dan praktek Calixtus ini kemudian menang di dalam seluruh Gereja yang berserakan di wilayah kekaisaran Romawi.

Dengan demikian kedudukan sang Uskup semakin kokoh dan kekuasaannya semakin tidak terbatas, karena pewarisan jabatan Rasuli, dan dengan (sebagai) pengantaraan Tuhan dengan jemaatnya dalam perjamuan sud selaku Imam yang oleh kuasa Roh Kudusnya ia berhak mengampuni dosa.

Semenjak saat itu hingga akhir abad ke tiga Belas praktek-praktek ini di kembangkan dalam tata cara peribadatan dalam Gereja dan dewasa ini praktek yang dijalankan Calixtus itu masih dipertahankan dalam kebaktian-kebaktian Gereja Katolik sehingga memuarakan segala upaya dan kekaryaan Uskup, Pastor dan para Klerus bermuara pada praktek setan.

Hal ini bukanlah sesuatu yang berlebihan, karena pada masa itu mereka hidup di dalam negara agama (Negara Gereja), di mana mereka mengejar kekuasaan, kehormatan, materi, wanita dan lain sebagainya.dan dewasa ini mereka hidup dalam istana istana yang bisa ditebus dengan harga sebuah pulau.

Segala kelakuan mereka tidak ada bedanya dengan kelakuan kaisar-kaisar Romawi (Italli) lainnya pada zaman dahulu yang hidup dalam percabulan, kemewahan, cinta diri, menjadi suatu hal yang seharusnya terjadi di dalam istana ke Uskupan. Bourgia menjadi salah satu contoh dalam kasus yang sangat mulia ini.

Contoh lain dalam kasus ini adalah kasus perayaan Natal. Pada awalnya perayaan Natal ini diperingati sebagai peringatan akan Baptisan Yesus setiap tanggal 6 Januari. Tetapi dalam perkembangan dirubah menjadi tangga l25 Desember, yang mana pada hari itu diperingati sebagai hari kelahiran Dewa Matahari yang tidak terkalahkan, Dewa Kaisar Romawi.

Roh Roma yang lebih mengutamakan praktek percabulan dan Roh Timur yang suka berfilsafat dan mistik, membuat pokok-pokok kebajikan teologis, terutama dalam Nilai Eskalogis sukar untuk dipersatukan dalam abad-abad berikutnya.

Sekalipun demikian, dalam pertentangan ini ada Juga titik persamaannya, yaitu: Gereja Barat (Roma Katolik) dan Gereja Timur (Anglikan) bukan lagi suatu perkumpulan Rohani yang bersumber pada firman Tuhan. Karena di mana-mana anggota jemaatnya bersandar pada Uskupnya, karena hanya Uskup sajalah yang dapat memberikan perlindungan dan pengampunan dengan ajaran-ajarannya yang sesat.

Kebenaran firman Tuhan ditukar dengan kuasa dan jabatan Uskup yang selaku pengganti rasul-rasul Yesus. Sangat tidak berlebihan Tertullianus menyindir para Uskup di Gereja Barat dengan mengatakan “Gereja adalah Jumlah Uskup”.

8. Konsill-Konsill Olkumenls dan Ketetapan-Ketetapannya

Memudahkan kita dalam mengarahkan kajian ini ke dalam sebuah sistematika kajian yang lebih terarah tentang Agama apa yang dibawa Yesus ataukah benarkah Maim kalangan Kristen atau Katolik bahwa agama yang mereka anut itu adalah agama Samawi atau tidak. Di bawah ini saya paparkan Sidang-Sidang Konsili Oikumenis dan hasil ketetapannya. Karena dalam Sidang Konsili ini semua keputusan tentang dogma-dogma agama dan Gereja Samawi di tetapkan. Adapun Konsili-Konsili yang saya maksudkan adalah sebagai berikut:

1. Konsili Nicea. (325 M & 787 M)

Konsili Nicea yang pertama diadakan atas desakan dan permintaan Kaisar Constantin untuk menyelesaikan pertikaian tentang masalah Trinitas (Arianisme). Konsili ini awalnya diadakan di Ancyra, namun kemudian dipindahkan ke Nicea dan dibuka pada tanggal 20 Mei 325 M, oleh Kaisar Constantin.

Tujuan yang paling pertama dan utama Constantin mendesak petinggi Gereja untuk mengadakan Konsili Oikumenis ini adalah untuk menjamin kestabilan politik dalam kerajaannya dengan sebuah ketetapan spektakuler Kebajikan Theologis “Trinitas” disahkan. Akan tetapi dalam Konsili ini permasalahan monothelit yang menjadi bagian dari rumusan Trinitas tidak mendapat kesepakatan.

Sesudah pidato pembukaan oleh Kaisar Constantin, pimpinan Konsili dialihkan kepada Hosius-Uskup Cordoba, yang menemani Constantin dari Gereja Barat. Meskipun ada perbedaan pandangan yang menginginkan agar Eustathius-Uskup Antiokia yang memimpin sidang Konsili:

Golongan Arian mempersembahkan pengakuan Arianisme yang disusun oleh Eustathius. Kemudian Eusibius dari Kaisarea mempersembahkan pengakuan iman Baptisan yang berlaku dalam jemaatnya di Palestina. Pengakuan iman ini diterima oleh Konsili sebagai pengakuan iman yang sah setelah ditambahkan kata: Homoousios; di dalamnya. Adapun pcngakuan iman Nicea (I man Arian) adalah sebagai berikut:

“Aku percaya akan satu Allah, Bapa Yang Maha Kuasa,pencipta segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan. Yesus Kristus yang telah diperAnakkan dari Bapa. Allah yan[j di perAnakkan dari Bapa. Bapanya Allah dari Allah. Temng dari terang, Allah sejati dari Allah sejati. Yang diperAnakkan bukan dijadikan, sehakekat dengan Bapa, dan yang ada di bwni. Yang demi kita manusia dan demi keselamatan kita. turun dan menjadi daging, menjelma menjadi manusia, menderita sengsara dan bangkit pula pada hari yang ke-3 naik ke sorga, dan akan datang untuk menghakimi orany hidup dan yang mati, dan kepada Roh Kudus”.

Pengakuan ini ditandatangani oleh semua Uskup yang hadir kecuali dua orang Uskup yaitu: Theonaa dari Marmanika dan Sekondus Uskup Ptolemais. Kedua uskup ini dipecat dan diusir oleh Dewan Konsili.

Jumlah Uskup yang hadir dalam Konsili ini sulitditetapkan. Pada umumnya dianggap jumlah pesertanya adalah 318 (tiga ratus delapan Belas) orang Uskup. Data ini didasarkan pada tulisan Anthanasius. Tampak angka ini hanya perlambang dari Jumlah hamba Ibrahim dalam Kitab kejadian 14: 14. Jumlah peserta diperkirakan 220 hingga 235 orang.

Konsili Nicea yang Kedua pada tahun 787 M, diadakan atas permintaan Tarasius-Patriarkh Constantinopel untuk menyelesaikan pertikaian Ikonoklasik, Paus Hadrianus I menerima undangan Ratu Irene dan mengirimkan dua orang utusannya dengan syarat: Sinode Ikonoklasik di Hiera pada tahun 753 M dikutuk. Patriarkh Antiokia, Alexandria, dan Yerusalem tidak hadir (absen) karena wilayah mereka sudah berada di bawah pemerintahan Turki dan Islam. Masing-masing mereka mengirim dua orang biarawan. Konsili ini dibuka pada tanggal 17 Agustus 786 M, Konsili ini dibubarkan oleh tentara Ikonoklasik sehingga tidak bersidang sampai dengan tanggal 24 September 787M. Konsili ini memutuskan bahwa Ikon hanya mendapat penghormatan (Prokunesis) sebagaimana penjelasan Paus dalam suratnya kepada Konsili.

Konsili ini menambahkan bahwa mereka menghormati Ikon dengan kasih yang relatif (Schtikoi Pothoi) karena pemuJaan (Latreia) hanya ditujukan kepada Allah saja. Keputusan konsilli ini ditanda tangani oleh semua yang hadir termasuk Kaisar Constantin dan Anaknya Constantinus. Konsili ini menghasilkan 22 kanon yang berhu bungan dengan disiplin Gereja, seperti pembatalan pemilihan U skup, Imam dan diakon oleh pemerintah, Simoni dikutuk, Imam dilarang meninggalkan diosisnya tanpa seizin Uskup, wanita dilarang tinggal di rumah Uskup dan dalam biara lakilaki serta kesederhanaan Klerus dipertegas lagi. KonsiliNicea Kedua ini merupakan Konsili Oikumenis yang Ketujuh.

2. Konsili Constantinopel (381 M, 553 & 680 M)

Konsili Constantinopel 11 atas permintaan Kaisar Justinianus pada tahun 553 M. Konsili ini merupakan Konsili Oikumenis yang ke V. Tujuan diadakan Konsili ini adalah untuk mengambil keputusan ‘apakah Theodorus dari Mopseustia, Theodorus dari Siprus dan Ibas dari Edesa dikutuk karena ajaran mereka bawa ‘berbau Nestoryanisme, ataukah dibiarkan saja seperti sikap petinggi Gereja dalam Sidang Konsili Chaleedon 451 M.

Konsili ini memutuskan kutukan at as mereka dan dikenakan tindakan ekskomunikasi. Paus Vigilius mengutuk 60 pokok ajaran Theodorus dan kawankawannya, karena Konsili Efesus 431 M, Konsili Chaleedon 451 M tidak mengutuknya, karena mereka sudah meninggal (mati). Sidang Konsili ini dipimpin oleh: Euthyees-Patriarkh Constantinopel, dan dihadiri oleh 165 (Seratus enam puluh lima) orang Uskup yang kesemuanya itu berasal dari wilayah Timur.

Konsili Constantinopel Ketiga tahun 680 M, diadakan atas desakan Kaisar Constantinus IV (Pogonatus) adalah bertujuan untuk menyelesaikan persoalan monothelit (satu kehendak pada inkarnasi Yesus) dalam Gereja Timur. Pada tahun 680 M, Paus Agatho memanggil dan mengadakan Sidang Sinode di Roma di mana ajaran tentang dua kehendak dalam inkarnasi Yesus dihenarkan. Paus mengirim utusannya kepada Kaisar dengan surat penjelesan tentang ajaran ini.

Konsili ini mengutuk Maearius-Patriarkh Antiokia yang menganut ajaran monothelit. Keputusan dogmatis Konsili ini pada umumnya mengulang kembali Konsili Chaleedon. Konsili menolak penyatuan dua kehendak, tetapl menerima kesatuan moral. Konsili ini diakui sebagai Konsili Oikumenis yang ke VI.

3. Konsili Efesus (431 M)

Konsili ini diakui sebagai Konsili Oikumenis yang ke Ill, diadakan atas desakan KaisarThedosius 11 untuk menyelesaikan pertikaian Nestorius. Konsili ini diadakan pada tangga122 Juni 431 M yang dibuka oleh Memon - Uskup Efesus dan” Cyrillus dari Alexandria tanpa menunggu kedatangan Uskup Syiria yang dipimpin Yohanes dari Antiokia dan wakil Paus Clementinus I.

Sidang Konsili ini memutuskan bahwa Nestorius dipecat dari keuskupan Constantinopel dan dieskkomunikasikan serta ajarannya tentang tabiat Yesus ditolak (dikutuk). Pengakuan Iman Nieea ditegaskan lagi. Istilah ‘Theotokos’7 dibenarkan.

Ketika Uskup Syiriayang dipimpin Yohanes dari Antiokia tiba, mereka juga membuka Konsili sendiri dan mengutuk Cyrillus dari Alexandria dan Memon Uskup Efesus.

4. Konsili Chalcedon (451 M)

Konsili ini diakui sebagai Konsili Oikumenis yang ke IV, diadakan di Chalcedon - Asia Keeil dekat Constantinopel pada tahun 451 M, atas undangan Kaisar Marcianus. Dalam Konsili ini hadir semua Uskup dari Afrika, dan dua orang wakil Paus. Konsili ini merumuskan beberapa keputusan dan beberapa keketetapan. Adapun ketetapan-ketetapan tersebut adalah:

1. Keputusan Konsili Latrosinium pada tahun 449 M dibatalkan dan Eutyches ditolak.

2. Mereka yang menolak Theotokos terhadap Maria dikutuk.

3. Keputusan Nicea dan Constantinopel tentang oknum Kristus dikuatkan kembali dan ajaran Nestorius (Nestorianisme) dikutuk.

4. Mereka yang mengatakan bahwa Yesus sebelum berinkarnasi mempunyai dua tabiat dan sesudah inkarnasi menjadi satu tabiat ditolak.

5. Surat Cyrillus kepada Nestorius dan surat Leo kepada Flavianus dibenarkan.

6. Ajaran bahwa Yesus adalah satu oknum yang mempunyai dua tabiat yang tidak tercampur dibenarkan.

7. Uskup Constantinopel diberi gelar Patriarkh dan menduduki tempat kehormatan (tempat Kedua) setelah Roma.

8. Pengakuan iman Chelcedon ditetapkan.

5. Konsili Sardika (343 M)

Konsili ini diadakan atas permintaan Kaisar Constans dan Constantinus pada tahun 343 M yang bertujuan untuk menetapkan ortodoksi Anthanasius.
Sidang Konsili ini dipimpin oleh Hosius-Uskup Cordoba. Konsili ini hanya dihadiri oleh Uskup-Uskup Barat sebab Uskup-Uskup Timur meninggalkan Konsili karena mereka tidak menyetujui Anthanasius sebagai peserta resmi, karena Uskup-Uskup Timur sudah memecatnya (Anthanasius)

6. Konsili Florence (1438 1′1-1445 M)

Konsili Florence ini diadakan berturut-turut di tiga kota yaitu: Florence 1439 M, Ferara 1438 M 1439 M, Roma 1443 M - 1445 M. Maksud atau tujuan diadakan Konsili ini adalah untuk menyatukan Gereja Timur dan Gereja Barat. Gereja Timur meminta bantuan Gereja Barat dalam memerangi Turki atas kota Constantinopel.

Konsili ini pada awalnya dibuka di Ferara pada tanggal 8 Januari 1438 M, atas permintaan Gereja Timur oleh Paus Eugenius IV. Dalam pertemuan ini hadir juga orang-orang terkemuka seperti Kaisar Yunani Y ohanes IV, Palaeologus dan Yusuf, Patriarkh Constantinopel. sejumlah Teolog dari Gereja Barat hadir seperti: Uskup Agung Nicea, Kardinal Cesarini, Yohanes dari Montenero, Besarion, Markus dan metropolitan Efesus.

Konsili ini kemudian dipindahkan ke Florence pada tanggal 26 Januari 1439 M. Pembahasan dilanjutkan tentang apakah Allah Roh Kudus keluar dari Allah Anak (Yesus), pemakaian roti yang tidak beragi pada Ekaristi, api pencucian dan supremasi Paus. Tidak ada kesepakaatan dalam pertemuan ini.

Akhirnya Gereja Timur meninggalkan pertemuan, namun Gereja Barat tetap meneruskan Konsili tersebut. Supremasi Paus atas Konsili ini ditetapkan dengan: Bula etsi non Dubitemus pada tanggal 20 April 1441 M.

Kesatuan dengan Gereja Armenia ditetapkan pada tahun 1439 M dan dengan Gereja Koptik Mesir ditetapkan pada tahun 1442 M. Pada tahun 1443 M, Konsili ini dipindahkan ke kota Roma. Hanya sedikit yang kita ketahui tentang keputusan Konsili ini.

Kesatuan dicapai dengan Gereja Syiria, Gereja Kaldea, Maronit di Siprus. Tidak ada berita resmi tentang penutupan Konsili ini.

7. Konslli Lateran (1123 M. 1139 M, 1179 M, 1215 M, 1512 M, & 1517 M)

Terdapat lima Konsili Lateran yaitu yang diselenggarakan pada tahun 1123 M. 1139 M. 1179 M. 1215 M dan 1 5 12 M - 1517 M. Konsili - Konsili ini diadakan di Lateran, Roma.

Konsili Lateran I diadakan atas permintaan Paus Calistus III untuk mensahkan konkordat wonnsdan diakhiri dengan perdebatan investitur. Konsili Lateran IV diadakan atas permintaan Paus Innocentius Ill. Konsili ini meru pC1kan Konsili terpenting dari semua Konsili yang diadakan di Lateran.

Konsili ini memutuskan beberapa keputusan. Adapun keputusan-keputusan itu antara lain:

1. Mengutuk beberapa aliran seperti golongan athar.

2. Ajaran Trans-Substansi disahkan.

3. Uskup wajib memeriksa pengajaran umatnya.

Konsili Lateran II diadakan atas permintaan Paus Innocen tius II (1139 M) adalah bertujuan un tuk membahas pembaharuan Gereja setelah Skisma Besar. Konsili ini menghasilkan tiga puluh kanon dan mengu tuk pengikut - pengikut Arnold dari Bresica.

Konsili Lateran III diadakan atas permintaan Paus Alexander III bertujuan untuk menghapus Skisma Paus Calistus II. Konsili ini menetapkan tata cara pemilihan Paus. Hak untuk memilih Paus dibatasi pada Dewan Cardinal dan diperlukan dua pertiga suara. Konsili Lateran V dipanggil oleh Paus Julius 11 pada tahun 1512 M - 1517 M. Konsili ini bertujuan untuk membatalkan keputusan Konsili Pisa anti Paus oleh Louis dari Perancis

9. Konsili Pisa (1409 M)

Konsili ini dipengaruhi oleh Dewan Cardinal pada tahun 1409 M yang bertujuan untuk mengakhiri skisma besar yang telah memisahkan Kekristenan Barat sejak tahun 1378 M. Sekalipun Kedua Paus sendiri-sendiri dalam mengadakan Konsili ini sebagai Konsili tandingan, akan tetapi Konsili Pisa tetap dipandang sebagai Konsili yang sah.

Paus Benedictus XIII mengadakan Konsili di Perpignan, dan Paus Gregorius XII mengadakan kosnili di Cividale dekat Aquileia.

Konsili ini memutuskan bahwa Kedua Paus adalah skimastik dan oleh karena itu harns dipecat. Konsili memilih Cardinal Petrus dari Philargi sebagai Paus dan memakai gelar Alexander V.

Gereja Katolik tidak mengakui Konsili ini sebagai Konsili Oikumenis karena ia (Gereja Katolik) tidak dipanggil oleh Sri Paus. Skima tidak dapat diakhiri malah diperburuk, karena ada tiga orang Paus sekaligus mengadakan Konsili ini secara terpisah atau sendiri-sendiri.

10. KONSILI TERENTE/TORONTO (1237 M)

Konsili ini merupakan Konsili Oikumenis yang ke XIX (sembilan Belas) dalam Gereja Katolik Roma. Diadakan pada tanggal23 Mei 1237 M. Dalam Konsili ini menetapkan beberapa keputusan antara lain:

1. Pengakuan Iman Nicea, bahwa Constantinopel diterima sebagai dasar iman Kristen/Katolik

2. AlKitab (Perjanjian Lama, Perjanjian Baru) dan tradisi mempunyai kedudukan yang sama sebagai sumber kebenaran

3. Hanya Gereja yang ‘berhak’ menafsirkan AlKitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru)Vulgata disahkan sebagai Kitab resmi.

4. Kitab Apokrif dua Belas (12) buah mempunyai kedudukan yang sama dengan AlKitab.

5. Tujuh sakramen ditetapkan

Perkembangan politik yang baru mengakibatkan ketegangan antara Paus Paulus HI dan Karel V sehingga Konsili tersendat-sendat dan ditambah dengan wabah di Tronto, Sidang Konsili akhirnya dipindahkan ke Bologna. Konsili d i tunda selama empat tahun hingga Paus Julius III memanggilnya kembali untuk bersidang di Trente atas desakan Spanyol.

Keputusan yang terpenting adalah: berkaitan dengan Ekaristi pertobatan (ampun dosa oleh Pastur) dan minyak suci. Ajaran Transubstansi ditetapkan (disahkan) sedangkan ajaran Marthin Luther, Jhon Calvin dan Swingli tentang Akaristi dikutuk. Konsili ini merupakan Konsili terpanjang dalam sejarah.

Konsili Trente, memberikan dasar-dasar yang kuat terhadap Gereja Katolik Roma terhadap gerogotan gerakan reformasi. Konsili ini dibubarkan pada tanggal 4 Desember 1563 M.