Jumat, 15 Agustus 2008

APAKAH YESUS ITU ALLAH


Allah menurut Kitab Perjanjian Lama & Kitab Perjanjian Baru

Dunia diciptakan Allah yang menyatakan diri-Nya dalam Perjanjian Lama tidak dapat dipungkiri. Allah itu tidak jahat tetapi sangat rendah derajat moralnya. Ia hendak berbuat baik tetapi tidak sanggup melaksanakannya. Hendak memerintah dengan Adil akan tetapi sebaliknyalah yang terjadi. Allah yang kejam, sombong, bengis, krang ajar pemerkosa dan lain sebagainya. Sebab Taurat yang diberikan kepada manusia terlalu berat sehingga mustahil manusia bias melaksanakannya. Manusia kurang sempurna karena Allahnya sendiripun kurang sempurna .

Sekalipun demikian Allah menurut Kitab Perjanjian Lama ini menuntut kegenapan (pelaksanaan) hukum-Nya harus seratus persen, dan mengenakan hukuman yang sangat berat untuk setiap pelanggaran. Menurut ketentuan dan aturan hukum kitab Perjanjian Lama, mata ganti mata, gigi ganti gigi dan lain sebagainya.

Kemudian yesus datang. Didalam khotbahnya diatas bukit Ia memberitakan suatu keadilan yang lebih indah yang tidak bertolak kepada pembalasan melainkan pada kemurahan dan pengampunan. Permasalahan perbedaan ini sempat menjadi perdebatan serius karena disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :

1. Nama Yesus tidak tercantum dalam Taurat. Sekiranya kalau Yesus itu anak-Nya, secara jelas dan tegas pasti dinyatakan. Jikalau persoalan ini dikatakan rahasia Allah, saya bisa mengatakan bahwa Allah itu sangat Munafiq. Hal ini bukan sesuatu yang berlebihan karena Allah Perjanjian Lama adalah Allah yang tidak mampu, pencemburu, yang segala kekaryaan-nya dinyatakan dengan jelas dan tegas.

2. Yesus bukan anak Allah menurut kitab Perjanjian Lama. Jikalau Yesus itu anak Allah menurut Kitab Perjanjian Lama, dapatlah dipertanyakan, sejauh mana Yesus memakai tabiat manusia dan bagaimanakah hubungan timbal balik antara tabiat Illahi dan kemanusiaannya ?

3. Kepada siapakah Yesus bertanggung jawab ? Tidak sinkronnya Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru membuat Gereja melupakan satu-satunya jalan keselamatan yang benar sehingga gereja terperosok dalam moralisme dan menukarkan rahmat Allah dengan amalan amalan dan upaya manusia. Jikalau Yesus adalah Anak Allah, atau Allah itu sendiri yang berpribadi, saya harus mengatakan bahwa upaya Allah untuk menyelamatkan manusia gagal secara sempurna. Lalu kepada siapakah Yesus harus mempertanggung jawabkan semua ini ? Apakah kepada dirinya sendiri ? Ataukah kepada manusia ?

Perdebatan theologis ini diakhiri oleh Yesus sendiri sebagaimana hal ini dapat kita baca dalam kitab kitab canon yang disisipi dalam injil Matius 27 ; 46: Pada kira-kira jam tiga,Yesus berseru: Eli, Eli Lama Sabakhtani . Markus 15 ;13 : Lalu dengan nyaring Yesus berseru : Eloi, eloi lama sbahktani . Lukas 7 ; 34 ; sedangkan aku makan dan minum, dan kalian berkata : alangkah rakusnya Dia!! Ia berkawan dengan pemungut cukai dan orang berdosa. Dan lebih tegas lagi kita dapat melihat penegasan Yesus dihadapan Pontius Pilatus, wali gereja di Kaisarea, tentang siapakah sesungguhnya Yesus itu. Semua polemik tentang Yesus dijawab dengan sangat sederhana oleh Yesus : Sesungguhnya aku ini adalah putra seorang manusia.

Jawaban Yesus yang sangat bertolak belakang (bertentangan) dengan apa yang dirumuskan oleh petinggi gereja dalam pelbagai konsili, khususnya konsili di kota Nicea pada tahun 325 M, dimana gereja memutuskan bahwa gereja menerima pengakuan iman Arianisme yang disusun oleh Eusibius dari Nikomedia. Bentuk pengakuan iman Arian yang disahkan di konsili Nicea ini menjadi pengakuan iman gereja ini bukan awal dari konsep trinitas.

Rumusan ini (trinitas) pertama kali diperkenalkan dalam sidang sinode II di kota sardika pada tahun 207 M. tetapi waktu itu kalah suara dalam voting.

Meindaklanjuti konsep pengakuan iman Arian yang disahkan oleh Constantin, pada tanggal 13 juni 449M, paus Leo I mengirim surat kepada Plavius Patriarkh Constantinopel untuk menjelaskan tentang dua tabiat Yesus yaitu Illahi dan manusia. Surat ini dikalangan gereja dikenal dengan epistola dogmatica.

Kedua tabiat itu dipersatukan sedemikian rupa sehingga tidak tercampur. Masing masing tabiat mempunyai kekuasaan sendiri-sendiri dalam satu oknum.

Paus Leo I menegaskan bahwa ajaran ini didasarkan pada ajaran bapa-bapa gereja sendiri seperti Tertullianus dan Agustinus. Penegasan Paus Leo ini disahkan sebagai ajaran Kristologi dalam konsili Chalcedon pada tahun 451 masehi.

Untuk menyatakan ketidak benaran, bahwa Yesus itu Tuhan atau anak Tuhan, rasanya tidak adil kalau tidak melalui pendekatan yang comparative antara bible dan Al-Qur’an. Pokok pertentangan antara Islam dan Kristen dalam pelbagai perdebatan theologis adalah ke Illahi an Yesus. Sebagaimana yang telah saya kemukakan diawal tulisan bahwa, pertentangan ini terjadi akhibat klaim logis Islam sebagai rangkaian Millah Ibrahim, yang memandang persoalan ini sebagai suatu bentuk kekafiran yang sangat luar biasa, sebaliknya dengan Kristen dan Katolik yang memandang hal ini sebagai suatu kemestian bahwa Yesus itu adalah Tuhan dan Putra dari tuhan itu sendiri dalam saat yang bersamaan.

Islam menjawab perbedaan diatas ini dengan sangat sederhana dalam konsep kesamaannya. Kristen dan Islam memiliki persamaan, karena Islam adalah kelanjutan Kristen dan Yahudi dalam rangkaian millah Ibrahim. Akan tetapi jika islam berbeda dengan kristen, maka hal itu bukan saja suatu kenyataan yang dengan mudah dapat disaksikan sehari-hari, tetapi juga akibat logis klaim islam sebagai korektor terhadap Kristen dan Yahudi.

Sudah tentu hal diatas ini tidak dapat dipahami hanya sekedar formula-formula abstrak tentang kepercayaan dan nilai. Setiap agama menyatakan dirinya melalui penganut-penganutnya, dan dalam persepsinya kepada agama itu, para pemeluk sampai kepada batas yang cukup jauh baik zaman, peradaban dan tempat. Oleh karena itu selalu ada tarik menarik antara ketentuan – ketentuan normatif dengan kenyataan historis, yang dalam perpaduannya sering membuat kabur apa yang murni dan apa yang tambahan, apa yang berasal dari Tuhan dan apa yang merupakan hasil dari intervensi manusia.

Tidak ada komentar: